Perang Bukan

Dahlan iskan--

Perang gaya baru ini  ''sukses'' dilakukan Amerika di Baghdad. Yakni ketika Amerika membunuh jenderal penting Iran yang lagi berkunjung ke Irak. Ketika sang jenderal berada di konvoi di jalan raya di pinggir kota Baghdad tembakan dari udara meledakkan mobil yang diincar.

Demikian juga ketika Israel mengincar tokoh Hamas Palestina. Sang tokoh lagi di Beirut, Lebanon. 

BACA JUGA:Beda Agama, Inul Daratista Ngaku Tak Pernah 'Diajak' Masuk Kristen dengan Mertua

BACA JUGA:Tambang Emas Ilegal Rambah Area Pemakaman, Massa Bakar Alat Tambang di Batanghari

Begitu diketahui sang incaran berada di sebuah bangunan dua lantai, tembakan dari udara meledakkan bangunan itu. Yang diincar tewas. 

Pun ketika awal bulan ini Israel ingin membunuh jenderal Iran yang lagi di Syria. Senjata dari udara menghancurkan bagian bangunan kedutaan Iran. 

Senjata itu tahu sang jenderal lagi di bagian mana di gedung kedutaan tersebut. Yang rusak hanya bagian yang diincar.

Ketika Biden minta Israel tidak membalas dengan cara menyerang Iran, bukan berarti Amerika tidak lagi membantu Israel. Amerika lebih menginginkan perang yang lebih dingin: bunuh komandannya, jangan bunuh prajuritnya. Apalagi warga sipilnya.

BACA JUGA:Mertua Inul Daratista Ternyata Non Islam

BACA JUGA:Pengunjung Kebun Binatang Jambi Capai 19 Ribu Orang

Maka Israel pun punya daftar ''wanted''. Siapa saja yang harus jadi sasaran ''sniper'' gaya baru: Tokoh-tokoh Hamas di Palestina, tokoh Hisbullah di Lebanon, dan tokoh-tokoh Iran di mana saja.

Rupanya Israel mengalami kesulitan menerapkan cara ''sniper'' tersebut ke komandan Hamas. Bukan mata-mata Israel tidak tahu sasaran tembaknya, tapi sang sasaran selalu bersama warga Israel yang mereka sandera.

Iran sudah dua kali merasakan langsung kejamnya perang gaya sniper ini. Dua jenderal pentingnya tewas tanpa ada perang.

Iran belum menemukan cara yang efektif untuk melawan perang yang bukan perang ini.

BACA JUGA:Cek Kehadiran ASN Pemkot Jambi, Pj Walikota Jambi Sidak Secara Daring

Tag
Share