Meredam Gejolak Global, Kuat dan Tumbuh di Tengah Tantangan

Reva Dian Chalista -jambi independent-Jambi Independent

“Di tengah ketidakpastian dan  perlambatan global, ekonomi Indonesia tetap resilien, ditopang masih kuatnya permintaan domestik” kata Sri Mulyani saat konfrensi pers Komisi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). 

Dampak rambatan global terus berlanjut, hal ini sejalan dengan memburuknya geopolitik di Timur Tengah serta perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). 

Pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer) sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System. 

Lebih lanjut, kebutuhan utang AS mengakibatkan terus meningkatnya yield  US Treasury dan penguatan dolar AS semakin tinggi secara global. Semakin kuatnya dolar AS juga didorong oleh melemahnya sejumlah mata uang dunia seperti Yen Jepang dan Yuan China. 

BACA JUGA:Pj Merangin Bersama Kalapas Bangko Buka Pelatihan Kemandirian Bersertifikat

BACA JUGA:208 JCH Asal Bungo Berangkat Juni Ini

Ketidakpastian pasar keuangan global semakin buruk akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Akibatnya, investor global memindahkan portfolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar. 

Selain itu, meningkatnya tensi geopolitik Timur Tengah juga berpotensi mendorong kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu, pelemahan Rupiah sampai dengan April 2024 tercatat lebih rendah yakni 5,07%(ytd). 

Menindaklanjuti hal tersebut diperlukan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia, baik melalui intervensi di pasar valas maupun pembelian SBN di pasar sekunder. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan capital inflow ke Indonesia. 

Kondisi ini memerlukan respon kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampaknya ke Indonesia. Saat ini ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan, hal ini didukung oleh permintaan domestik yang tinggi sejalan dengan perayaan HBKN Idul Fitri serta keberlanjutan pembangunan di sejumlah daerah. 

BACA JUGA:Lantai Rumah Sakit MHA Thalib Jebol Tepat di Bawah Tempat Tidur Pasien

BACA JUGA:Menparekraf: Umroh dan Haji Peluang Usaha Buat Santri

Menurut Bank Indonesia pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 berada pada rentang 4,7% - 5,5%. Utamanya ditopang oleh permintaan domestik yaitu konsumsi rumah tangga (RT). Meski demikian, pertumbuhan yang lebih tinggi ditahan oleh kinerja ekspor yang belum kuat sejalan dengan permintaan Tiongkok yang melemah. 

Untuk mencapai perumbuhan ekonomi sesuai dengan prakiraan maka, diperlukan bauran kebijakan yang bersifat antisipatif, forward looking dan pre-emptive.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan