Rusia Targetkan Ekonomi dan Energi Ukraina dalam Serangan Agresif
Seorang tentara Ukraina menutupi kendaraan lapis baja dengan ranting-ranting pohon di Donbass, Ukraina 12 April 2022.--Antaranews.com
JAMBIKORAN.COM - Annalena Baerbock yang saat ini menjadi Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa Rusia sengaja menargetkan kehidupan ekonomi dan energi Ukraina.
“Presiden Rusia Putin ingin menghancurkan jalur kehidupan Ukraina dengan perang agresi brutalnya,” katanya kepada wartawan pada Konferensi Pemulihan Ukraina di Berlin.
Baerbock mengatakan serangan intensif Rusia tidak hanya menargetkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina tetapi juga infrastruktur ekonomi dan energi, serta masa depan negara tersebut di Uni Eropa.
“Di tengah serangan terhadap jalur kehidupan negara mereka, rakyat Ukraina sangat membutuhkan listrik, air, dan pemanas," ujar Baerbock.
BACA JUGA:AS Menunggu Tanggapan Hamas pada Proposal Gencatan Senjata Biden
BACA JUGA:Pesawat Jatuh di Mzuzu, Wakil Presiden Malawi Saulos Chilima Dipastikan Meninggal
"Itu sebabnya di sini, dalam konferensi ini, tidak hanya politisi, pejabat pemerintah, tetapi juga wali kota, perusahaan, dan organisasi sipil hadir,” katanya, menambahkan.
Tak hanya mengecam tindakan Rusia, Jerman juga menjanjikan dukungan kuat bagi upaya Ukraina menjadi anggota Uni Eropa.
“Kami memperjelas di konferensi pemulihan ini bahwa kami tidak hanya melawan serangan brutal Rusia, namun kami juga membuka jalan bagi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa,” tegasnya.
Para pemimpin dan diplomat terkemuka dari lebih dari 60 negara menghadiri konferensi dua hari di Berlin, yang bertujuan untuk memobilisasi dukungan internasional bagi stabilisasi ekonomi Ukraina, pemulihan perang, dan reformasi keanggotaan di Uni Eropa.
BACA JUGA:Tiga Film Pendek Karya Anak Bangsa Sukses Tampil di Europe on Screen 2024
BACA JUGA:Keberhasilan di Piala FA Membuat Erik ten Hag Bertahan di Old Trafford
Dua tahun telah berlalu setelah Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sekitar 18 persen wilayah Ukraina saat ini masih berada di bawah pendudukan Rusia, termasuk Semenanjung Krimea serta sebagian besar Donetsk dan Luhansk di bagian timur.