Petani Terapkan Metode Mulsa, Sambut Kemarau di Tanjabtim
METODE BARU : Petani sayur menggunakan metode Mulsa saat menyambut musim kemarau.-HARPANDI/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
MUARASABAK - Memasuki peralihan musim dari hujan ke kemarau basah, petani di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjab Timur mulai menanam sayur.
Di tengah kondisi cuaca seperti itu, metode olah Mulsa tanpa mengelola tanah menjadi solusi yang dipilih para petani setempat.
Sebab, mengolah lahan tanpa harus membakar menjadi semangat baru dalam dunia pertanian, di tengah perubahan iklim yang semakin nyata.
Bahkan, saat ini banyak petani setempat yang mengadopsi metode ini. Selain dianggap lebih efisien untuk tumbuh kembang tanaman sayur, metode ini juga menghindari munculnya kasus Karhutla.
BACA JUGA:Ketua Dekranasda Muaro Jambi Hadiri Festival Batanghari
BACA JUGA:Lima Calon Sekda Tanjab Barat Ikuti Assessment
Arif, salah seorang petani di Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai ini mengatakan, tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Metode Muslsa ini juga membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan.
"Metode Mulsa tanpa olah tanah atau MTOT ini sangat cocok di musim peralihan untuk berbagai macam sayuran," ucapnya.
Dirinya juga menjelaskan, metode ini menggunakan lapisan penutup organik di bedengan lahan pertanian. Seperti jerami, daung kering atau rumput kering.
"Lahan pertanian ini dibuka tanpa membakar lahan. Mulai dari pembukaan lahan hingga proses penanaman," jelasnya.
BACA JUGA:Ada Kesalahan Admnitrasi Data Kepegawaian, Al Haris: Beliau Mengajar dan Menerima Gaji
BACA JUGA:Kutuk Serangan Israel ke Sekolah, Tempat Warga Gaza Mengungsi
Berdasarkan pengalamannya, penanaman sayur dengan metode ini hanya membutuhkan waktu sekitar 6 minggu, mulai dari masa tanam hingga panen.
Guna mendapatkan hasil yang lebih baik ketika masa panen, Arif dominan menggunakan pupuk kandang. Untuk hasil panen, nilai rupiah yang didapatkan dalam satu baris dengan metode tanam MTOT bisa mencapai Rp 500 ribuan.