Penyebab dan Cara Atasi Ketindihan

--

Ketindihan, atau dalam istilah medis disebut sleep paralysis (kelumpuhan tidur), adalah kondisi di mana seseorang merasa sadar tetapi tidak mampu bergerak atau berbicara saat sedang terbangun atau tertidur.
Fenomena ini sering disertai oleh sensasi tercekik, sesak napas, atau bahkan perasaan kehadiran makhluk lain yang menyeramkan.


Meskipun menakutkan, ketindihan sebenarnya adalah kondisi yang umum dan tidak berbahaya secara medis.
Namun, pemahaman yang kurang tentang penyebabnya sering kali membuat banyak orang mengaitkan pengalaman ini dengan hal mistis.

BACA JUGA:Kolaborasi Converse dan Isabel Marant Hadirkan Koleksi Sepatu Terbaru

BACA JUGA:Rekomendasi Makanan Tinggi Serat untuk Menurunkan Berat Badan


Salah satu penyebab utama ketindihan berkaitan erat dengan siklus tidur, khususnya fase tidur yang dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM).
Tidur REM adalah fase tidur di mana mimpi-mimpi paling jelas terjadi.


Pada fase ini, otak sangat aktif, dan tubuh secara alami mengalami kelumpuhan otot sementara untuk mencegah kita bertindak berdasarkan mimpi yang kita alami.
Ketika seseorang mengalami sleep paralysis, hal ini biasanya terjadi karena adanya kegagalan dalam transisi antara fase tidur dan bangun.


Biasanya, ketika seseorang terbangun, otak akan melepaskan tubuh dari kondisi lumpuh yang terjadi selama tidur REM.
Namun, dalam kasus sleep paralysis, otak terbangun lebih cepat daripada tubuh, sehingga tubuh masih berada dalam keadaan lumpuh meskipun kesadaran sudah kembali.


Akibatnya, seseorang merasa terjaga tetapi tidak bisa bergerak atau berbicara.
Selain faktor REM, ada sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi munculnya sleep paralysis. Beberapa di antaranya meliputi:


1. Kurang Tidur atau Pola Tidur yang Tidak Teratur
   Kurang tidur atau sering tidur dalam jadwal yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis.
Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup, tubuh dan otak tidak dapat menyelesaikan siklus tidur dengan benar, yang dapat menyebabkan gangguan pada transisi antara tidur dan terjaga.


2. Tidur Telentang
   Posisi tidur juga bisa menjadi pemicu sleep paralysis. Tidur telentang dipercaya membuat seseorang lebih rentan terhadap fenomena ini karena dapat meningkatkan tekanan pada dada dan membuatnya lebih sulit untuk bernafas, sehingga menimbulkan sensasi tercekik atau sesak napas yang sering dilaporkan saat ketindihan.


3. Stres dan Kecemasan
   Tingkat stres yang tinggi atau mengalami gangguan kecemasan juga bisa mempengaruhi pola tidur dan memicu sleep paralysis.
Orang yang sedang mengalami stres biasanya memiliki siklus tidur yang terganggu, yang dapat memperbesar kemungkinan mengalami ketindihan.


4. Kebiasaan Buruk Sebelum Tidur
   Konsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur, serta penggunaan gadget atau perangkat elektronik di malam hari dapat mengganggu kualitas tidur.
Kebiasaan-kebiasaan ini membuat otak tetap aktif, yang dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis karena otak tidak mendapatkan istirahat yang cukup selama tidur.


5. Gangguan Tidur Lainnya
   Sleep paralysis juga sering dikaitkan dengan gangguan tidur lain seperti narcolepsy, yaitu gangguan tidur yang menyebabkan seseorang secara tiba-tiba merasa sangat lelah dan tertidur dalam situasi yang tidak wajar.
Orang yang menderita narcolepsy cenderung lebih sering mengalami sleep paralysis dibandingkan orang pada umumnya.

BACA JUGA:5 Jenis Ikan Ini Mengandung Kolesterol Jahat untuk Tubuh

Tag
Share