MUARABUNGO - Kecamatan Jujuhan dan Jujuhan Ilir, yang terkenal sebagai penghasil karet terbesar, telah mengalami masa sulit beberapa tahun terakhir akibat anjloknya harga karet. Harga karet di tingkat petani sempat terpuruk hingga Rp 6.000 per kilogram. Hal ini membuat banyak petani mengalami kesulitan ekonomi. Sementara itu, harga Tandan Buah Sawit (TBS) justru semakin melejit, membuat perbandingan pendapatan antara kedua komoditas ini semakin mencolok.
Meski demikian, banyak petani di Jujuhan dan Jujuhan Ilir tetap setia pada karet sebagai sumber mata pencaharian utama mereka.
"Kami tidak punya pilihan lain selain bertahan dengan karet," kata seorang petani setempat.
Meski harga sempat terjun bebas, mereka tetap berjuang dan berharap akan adanya perubahan harga yang lebih baik di masa mendatang.
BACA JUGA:Utang Luar Negeri Indonesia Triwulan I Menurun
BACA JUGA:Menunggu Nyali Partai Besar, Pada Pilgub Jambi Tahun 2024
Dalam beberapa bulan terakhir, harapan para petani karet mulai terwujud. Harga karet di tingkat petani menunjukkan trend peningkatan yang signifikan. Dari sebelumnya Rp 6.000 per kilogram, kini harga karet telah mencapai Rp 13.000 per kilogram.
Di beberapa daerah seperti Rantau Ikil dan Pulau Jelmu, harga karet bahkan mengalami kenaikan lebih awal, dari Rp 11.000 per kilogram menjadi Rp 13.000 per kilogram.
Ari, seorang petani karet di Jujuhan mengungkapkan rasa syukurnya atas kenaikan harga ini.
"Ya bang, syukur lah harga karet sudah mulai naik. Lega rasanya kita sebagai penghasil karet. Harapan kami semoga harga karet terus naik, biar karet di Jujuhan bisa produksi lagi," ungkapnya.
BACA JUGA:Mulai Bahas Laporan Dugaan Pelanggaran Etik
BACA JUGA:Sebanyak 19.354 JCH Tiba di Tanah Suci
Kenaikan harga ini membawa angin segar bagi para petani yang selama ini berjuang di tengah ketidakpastian harga komoditas. Meski demikian, mereka tetap berharap agar tren positif ini bisa terus berlanjut dan memberikan stabilitas ekonomi yang lebih baik.
Pemerintah setempat diharapkan dapat terus mendukung sektor perkebun karet dengan kebijakan yang berpihak pada petani, seperti memberikan subsidi atau bantuan teknis untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi karet. Selain itu, diversifikasi produk turunan karet dan peningkatan akses pasar juga menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan sektor ini di masa depan.
Dengan harga karet yang mulai merangkak naik, ada harapan baru bagi petani karet di Jujuhan dan Jujuhan Ilir untuk kembali bangkit dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Keberlanjutan kenaikan harga ini sangat penting agar sektor perkaretan dapat kembali menjadi andalan ekonomi daerah.