JAMBIKORAN.COM - Jonas Gahr Store yang saat ini menjadi perdana Menteri Norwegia memastikan bahwa negaranya akan menerima dan merawat warga Palestina yang terluka dari Jalur Gaza.
Norwegia akan berpartisipasi dalam upaya internasional untuk membantu warga Palestina yang sangat membutuhkan perawatan di rumah sakit, sebut media VG.
Pemberitahuan tersebut muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama dengan Uni Eropa mengatakan ada sebanyak 9.000 warga Palestina yang membutuhkan evakuasi medis segera pada akhir 2024, di tengah serangan brutal Israel di Gaza.
Selain itu, Norwegia juga akan membantu menerbangkan warga Palestina yang membutuhkan perawatan ke negara-negara lain.
BACA JUGA:Arca Buddha Abad ke-7 Ditemukan di Bukit Choras, Kedah Malaysia
BACA JUGA:Israel Dikritik karena Melepaskan Anjing ke Tahanan Palestina
"Dengan cara ini, kami dapat berkontribusi membantu banyak orang daripada kemampuan kami untuk membawa mereka ke Norwegia untuk berobat,” kata Store kepada VG.
Pemerintah memutuskan untuk membawa 20 pasien beserta keluarga mereka dari Gaza untuk dapat diterbangkan ke Norwegia dan mendapatkan perawatan di rumah sakit negara itu, ujar perdana menteri.
“Situasi kemanusiaan di Gaza sangat buruk. Sistem kesehatan telah hancur. Oleh karena itu, hal terpenting yang dapat dilakukan Norwegia adalah mendukung pekerjaan kesehatan dan kemanusiaan di Gaza dan sekitarnya, misalnya dengan memperkuat rumah sakit,” tegas Store.
Pada bulan Desember tahun lalu, organisasi kesehatan dan PBB memperingatkan bahwa sistem layanan kesehatan di Gaza telah runtuh.
BACA JUGA:21 Warga Palestina Tinggalkan Gaza untuk Perawatan Medis di Luar Negeri
BACA JUGA:Trailer Resmi Film Horor 'Sakaratul Maut' Dirilis, Siap Tayang 1 Agustus 2024
Laporan terbaru menyebutkan hanya 12 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi sebagian saat ini.
Bulan lalu, Norwegia secara resmi mengakui Palestina sebagai negara.
Lebih dari 37.700 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 86.400 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.