Israel Semakin Terpojok, Inggris Akhirnya Akui Keberadaan Negara Palestina

PENGAKUAN: Lebih dari 140 negara sudah mengakui keberadaan negara Palestina.-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Inggris, bersama Kanada, Australia, dan Portugal, secara resmi mengakui keberadaan Negara Palestina pada Minggu 21 September 2025, dalam langkah yang disebut sebagai upaya menghidupkan kembali solusi dua negara di tengah krisis kemanusiaan di Gaza.
Keputusan ini langsung memicu kemarahan dari pemerintah Israel, yang menyebut pengakuan tersebut sebagai "hadiah bagi terorisme".
Langkah ini menandai pergeseran signifikan dari beberapa negara Barat, yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel dilansir dari Reuters.
Dengan pengakuan ini, keempat negara tersebut kini bergabung dengan lebih dari 140 negara lain yang telah lebih dulu mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka dari wilayah pendudukan.
BACA JUGA:Pidana Kerja Sosial Siap Diterapkan, Bapas Bungo Jalin Koordinasi Awal
BACA JUGA:Wahana Bianglala Nyaris Celaka, Keamanan Pasar Malam di Bungo Dipertanyakan
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa keputusan ini diambil sebagai bentuk harapan baru bagi perdamaian antara Palestina dan Israel.
“Hari ini, untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian, Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina,” ujar Starmer.
Ia juga menyinggung krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, sebagai alasan moral dan politis di balik keputusan tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam keras langkah tersebut.
“Anda sedang memberikan hadiah besar kepada terorisme,” katanya, mengacu pada serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang berkepanjangan di Gaza.
Netanyahu menegaskan bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina di sebelah barat Sungai Yordan.
Di saat yang sama, Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir bahkan menyatakan akan mendorong aneksasi wilayah Tepi Barat sepenuhnya.
Di sisi lain, para pemimpin Palestina menyambut baik pengakuan ini. Presiden Mahmoud Abbas menyebutnya sebagai langkah penting menuju perdamaian dan solusi dua negara. Hamas pun turut merespons positif, meski mendesak langkah ini disertai tindakan nyata untuk menghentikan agresi Israel dan mencegah aneksasi lebih lanjut.