Di hari raya Rebutan itu ratusan orang berkumpul di
Sanggar Agung. Juga di kelenteng-kelenteng. Itulah hari ketika para setan dilepaskan dari belenggu. Mereka akan mengganggu arwah siapa pun.
Vihara Sanggar Agung dibangun di pinggir pantai Kenjeran. Yang membangunnya adalah sahabat baik saya: Soetijadi Yudo.
BACA JUGA:Kemensetneg dan Setkab Buka 426 Formasi CPNS untuk Tahun 2024, Ini Rinciannya!
BACA JUGA:KPU Tanjabbar Tetapkan Batas Maksimal 600 Pemilih per TPS untuk Pilkada 2024
Ia pengusaha besar. Awalnya hanya jualan permen. Keliling kampung-kampung. Lalu punya pabrik permen. Berkembang terus ke usaha-usaha lainnya.
Malam itu bulan hampir purnama. Saat sembahyang akan dimulai bulan bulat muncul dari permukaan laut dengan menornya.
Di atas altar tiga banthe (ulama Buddha) memimpin sembahyang. Mereka membaca kitab suci.
Nama-nama arwah yang didoakan ditulis dan dipajang di empat meja. Dua meja di kanan. Dua di kiri. Salah satu tulisan itu berbunyi: arwah donor hati Dahlan Iskan.
BACA JUGA:KPU Tanjabbar Ajak Wartawan Berperan Aktif dalam Mensukseskan Pilkada 2024
BACA JUGA:KPU Resmi Umumkan Empat Pasangan Calon yang Akan Bertarung di Pilkada Sarolangun, Ini Daftar Namanya
Sebelum sembahyang dimulai saya mendekat ke meja itu. Saya angkat kertas itu. Saya doakan dengan cara saya. Lalu saya letakkan kembali.
Di halaman depan vihara sudah dipajang kapal kertas. Layarnya juga terbuat dari kertas. Kapal itu dibuat sejak 10 hari sebelumnya. Perlu waktu 10 hari karena kapalnya memang besar.
Sembahyang selesai. Semua nama yang dipajang di atas meja diangkut ke kapal. Dimasukkan ke geladak kapal.
Saya diminta memulai prosesi ini.
BACA JUGA:Gubernur Haris, Didampingi Budi Setiawan, Melepas 217 Atlet Jambi Menuju PON XXI di Aceh-Sumut