BACA JUGA:Penanganan Kasus dengan Korban Anak Harus Dilakukan Cepat
BACA JUGA:Ko Apex Didakwa Pasal Membuat Surat Palsu atau Memalsukan Surat
Mengucurkan airnya pun tidak boleh sekali tuang. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selalu dari tengah ke pinggir. Air panas sebanyak 120 gram pun menetes hitam ke teko kaca di bawah corong.
Cairan hitam dari teko itulah yang dituang ke cangkir porselin. Saya tidak mau minum satu cangkir. Harus dibagi lima –agar sekerumunan bisa merasakan nikmatnya.
Ini ritual minum kopi yang tidak kalah dengan ritual minum motai –arak putih terkenal di Tiongkok. Minumnya tidak seperti Anda meneguk kopi di kedai. Minumnya lebi
h tepat disebut bukan minum. Harus hanya sesesapan. Dicium dulu aromanya. Lalu disesap air kopinya.
Itulah kopi yang satu kilogram berharga Rp 400.000.
"Di sini, berapa harga kopi termahal?" tanya saya.
"Rata-rata segitu," jawab mereka.
"Kalau di dunia, berapa harga
kopi termahal?” tanya saya lagi.
"USD 10.000," ujar Nasrullah.
Saya tidak percaya. Itu kan berarti Rp 150 juta/kilogram.
Ia pun menunjukkan bukti. Yakni hasil lelang tahun lalu. Lelang kopi.
Saya ngotot: tidak masuk akal. Seperti apa rasanya.
Nasrullah pun ''emosi''. Ia membuka ransel kecilnya. Ia keluarkan botol pipih mirip botol baja minuman keras. "Saya masih punya sedikit. Pak Dahlan harus merasakannya," ujar Nasrullah.
Saya pun menerima botol baja pipih itu. Saya baca labelnya: Arabica Panama Elida Geisha Natural. Saya buka tutupnya. Saya endus aromanya.
"Saya tidak mau mencoba," kata saya. Tidak tega. Terlalu mahal.
Saya pilih minta teman saya untuk memotret adegan saya lagi memegang botol baja pipih itu. "Boleh foto tapi jangan dimuat di Disway," katanya. "Istri saya juga pembaca Disway. Bisa ketahuan," guraunya.
Ia punya kiat kalau istrinya marah soal hobi mahalnya itu. "Kalau dia minta tas apa saja tidak saya tolak," guraunya.
Saya sungguh tidak pura-pura menolak merasakan kopi termahal itu. Tapi saya ingin juga tahu rasanya seperti apa. Maka ketika Nasrullah menyerahkan botol baja pipih itu ke Benny saya terharu sekali.
Botol itu tidak penuh. Tinggal sisa Nasrullah. Masih ada 15 gram. Botolnya sendiri memang bekas botol minuman keras. Nasrullah menggunakannya untuk kopi termahal agar menimbulkan kesan lebih special.
Benny pun memprosesnya. Kali ini saya minta dibagi tujuh gelas. Agar kian banyak yang ikut merasakan. Satu gelas berisi sekitar tiga sendok.
Kami pun menyesapnya. Saya minta tolong Nasrullah untuk mendeskripsikan rasa kopi yang itu seperti apa.
"Saat mulai meminumnya ada rasa bahagia. Lalu muncul rasa gemetar. Terakhir terasa manisnya. Kian lama tenggorokan merasakan manisnya. Sampai berjam-jam".
Saya bahagia mendengarkan penjelasannya itu. (DAHLAN ISKAN)