JAKARTA - Kementerian Kesehatan menggelar seminar bagi remaja untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2024 guna mengedukasi, berbagi pengalaman, dan diskusi terbuka tentang kesehatan mental di kalangan remaja.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan, selama ini, kesehatan jiwa sering dianggap sebagai isu sensitif yang jarang dibahas secara terbuka. Akibatnya, gangguan jiwa sering kali disikapi dengan pandangan negatif.
BACA JUGA:Polda Jambi Tindak 34 Angkutan Batu Bara Pelanggaran Berupa Tonase Kendaraan BACA JUGA:Perseteruan Nikita Mirzani dan Vadel Badjideh Memanas, Razman Nasution Jadi Kuasa Hukum "Padahal, isu ini sangat penting dan serius karena berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menganggap bunuh diri sebagai isu yang sangat serius," kata Endang.
Dia mengutip data WHO, yang menunjukkan bahwa lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun. Di Indonesia, katanya, data dari POLRI menunjukkan bahwa angka kematian akibat bunuh diri pada 2023 meningkat menjadi 1.350 kasus, dari 826 kasus pada tahun sebelumnya.
“Jika tidak ada upaya pencegahan bunuh diri, angka tersebut dapat terus meningkat setiap tahunnya,” dia menambahkan.
Endang menjelaskan, alasan seseorang melakukan bunuh diri sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor biologis, genetik, psikologis, budaya, dan lingkungan. Untuk itu, ia menekankan bahwa upaya terkait kesehatan mental, khususnya untuk mencegah kejadian bunuh diri, harus menjadi perhatian semua pihak.
“Melalui tindakan kecil seperti kebaikan sederhana, percakapan terbuka dan mendengarkan tanpa menghakimi, dapat berpengaruh secara signifikan,” dia menuturkan.
Direktur Kesehatan Jiwa Imran Pambudi menjelaskan, untuk mencegah bunuh diri, penting untuk menerima diri sendiri, fokus pada kemampuan diri, dan tanpa perlu membandingkan dengan orang lain.
“It’s okay not to be okay. Jadi, kita harus memiliki kesadaran bahwa kita tidak apa-apa enggak oke, supaya kita enggak stres. Manusia ada kelebihan dan kekurangannya, kita harus bisa menerima hal ini,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya menjadi penerang atau sumber cahaya bagi orang lain, terutama bagi mereka yang sedang mengalami masa sulit. Seperti pada lagu “Flashlight” yang dinyanyikan oleh Jessie J, Imran berharap setiap orang bisa menjadi cahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
“Inilah yang kita harapkan, kita bisa bersama-sama membuka diri dan bisa membantu kalau temannya ada yang lagi down, menjadi flashlight bagi dirinya sendiri, bagi teman maupun keluarga,” katanya.
Adapun seminar ini berlangsung secara hibrida di Jakarta pada Selasa (17/9), dan dihadiri oleh perwakilan SMA/SMK serta para remaja perwakilan dari forum pemuda.
Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diperingati setiap tanggal 10 September. Tema peringatan tahun ini, yang akan digunakan selama tiga tahun ke depan, adalah “Changing the Narrative on Suicide” atau “Mengubah Narasi Bunuh Diri”, dengan ajakan untuk “Start the Conversation” atau “Memulai Percakapan”.
Tema ini bertujuan meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya mengurangi stigma dan mendorong percakapan terbuka guna mencegah bunuh diri. (ANTARA)
Kategori :