Sempat Ingin Berhenti Kuliah karena Orangtua Dihina

Kamis 26 Sep 2024 - 18:00 WIB
Reporter : Surya Elviza
Editor : Jennifer Agustia

JAMBI-Juliana baru saja turun dari mobil, kembali ke kampung halamannya di kawasan pemukiman Suku Anak Dalam (SAD), Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. Tiga minggu telah berlalu sejak dia berhasil menyelesaikan sidang skripsi yang menjadi penentu masa depanny.

Di atas tikar anyaman pandan, Juliana disambut oleh sanak saudara yang telah berkumpul. Mereka datang untuk merayakan pencapaian yang tidak hanya berarti bagi Juliana, tetapi juga bagi komunitasnya.
Tatapan penuh bangga terpancar dari wajah Bepak Samsu dan Induk Benang saat menyambut putri kesayangan mereka.

Perjalanan pendidikan Juliana bukanlah hal yang mudah. Pendidikan masih tabu bagi Suku Anak Dalam, apalagi bagi perempuan. Juliana bercerita, dulu dia sempat dimarahi karena bersekolah. Dia masih bisa diterima bersekolah di SD, SMP, dan SMK karena masih dekat dengan pemukiman.

Tantangan lebih berat lagi dihadapi saat Juliana melanjutkan kuliah karena jauh dari orang tua dan keluar dari komunitas. Karena anak perempuan Suku Anak Dalam tidak diizinkan jauh dari orang tua, keluar dari komunitas dianggap melanggar adat.

BACA JUGA:PWI Kota Jambi dan Kapolresta Ajak Masyarakat Jauhi Narkoba

BACA JUGA:Atlet Bulu Tangkis Muda Indonesia Akan Berlaga Di Kejuaraan Dunia Junior

“Saya sempat berpikir untuk berhenti kuliah karena orang tua saya terus dihina. Saya terus diberi semangat dan motivasi oleh teman-teman pendamping dari Pundi Sumatra. Mereka mengatakan bahwa jika saya berhenti, saya akan semakin menjadi bahan ejek-ejekan di komunitas. Setelah mendengar hal itu, saya bangkit kembali dan membuktikan kemampuan saya,” kata Juliana.


Pendidikan bagi perempuan Suku Anak Dalam masih kurang, karena mereka biasanya dinikahkan setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP. Dukungan Orang tua menjadi kunci penting dari keberhasilan Juliana. Samsu melihat, hutan tidak bisa lagi menjadi tumpuan untuk hidup bagi Suku Anak Dalam. Samsu berpikir jika pendidikan menjadi kunci untuk beradaptasi dengan perubahan hilangnya hutan.


“Awalnya agak berat, menguliahkan Juliana keluar. Tapi kehidupan di hutan semakin sulit, dengan pendidikan diharapkan mampu mengubah kehidupan Suku Anak Dalam. Dan keberhasilan Juliana ini menjadi contoh bagi anak-anak lainnya,” ucapnya.


Bepak Samsu juga mengeluh, setiap hari kehidupan mereka semakin sulit. Hutan tidak bisa menjadi surga yang menyediakan semua kebutuhan seperti dulu.
“Kondisi hutan sekarang bisa dikatakan tidak ada lagi lah. Mau mencari jernang hutan sudah habis. Kami ini berharap makan dari hutan, tapi hutan sudah habis. Sudah berganti PT dan lahan kebun, makanya hidup kami semakin susah.

BACA JUGA:PWI Kota Jambi dan Kapolresta Ajak Masyarakat Jauhi Narkoba

BACA JUGA:Jayson Tatum targetkan kembali Juara NBA

Program 'Goes to Campus' yang digagas Pundi Sumatra telah berhasil membuka pintu bagi generasi muda Suku Anak Dalam. Melalui program ini, Juliana dan Seri, dua siswa SMK, berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Universitas Muhammadiyah Jambi.


Juliana, yang awalnya pemalu, kini telah tumbuh menjadi sosok yang percaya diri dan mampu memperkenalkan budaya Suku Anak Dalam melalui penelitian dan pertunjukan tari.


Yori Sandi Koordinatior Project Estungjara Pundi Sumatra menyebutkan perjalanan Juliana membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya mengubah individu, tetapi juga dapat menjadi jembatan untuk melestarikan warisan budaya.
“Awalnya ada 2 anak yang kuliah yaitu Juliana dan Seri. Seri dalam perjalanannya memilih untuk ikut tes polisi dan menjadi polisi saat ini. Sementara Juliana terus kuliah. Dalam perjalanannya, kami juga mengembangkan kemampuan komunikasi Juliana serta kepercayaan dirinya dengan berbagai pelatihan. Sehingga dia yang awalnya pemalu dan pendiam, sekarang sudah mampu beradaptasi dan berkomunikasi dengan banyak orang. 

Kategori :