Akibatnya, pagar intake ikut runtuh terbawa longsor.
Menyikapi kejadian ini, Tirta Mayang bersiaga untuk mengantisipasi longsor lanjutan yang dikhawatirkan akan menyebabkan terganggunya operasi penyadapan air baku dari intake tersebut.
BACA JUGA:KOP Polres Sarolangun Resmi Terbentuk
BACA JUGA: Debat Pertama 27 Oktober 2024 (Pilgub Jambi Tahun 2024)
“Jika operasi intake ini terganggu, maka produksi instalasi pengolahan air Tirta Mayang akan terhenti, berdampak pada terhentinya suplai untuk 23 ribu lebih pelanggan di Kecamatan Telanaipura, Alam Barajo dan sebagian Kota Baru,” tutur Direktur Utama Tirta Mayang, Dwike Riantara, yang meninjau lokasi longsor Jumat pagi.
“Untuk saat ini, operasional intake dan instalasi pengolahan air tidak terdampak oleh kejadian longsor tersebut. Namun, kami sangat khawatir jika longsor berlanjut sampai menggerus lebih jauh ke konstruksi dermaga dan rumah panel pompa,” kata Direktur Utama Tirta Mayang.
Menurut Direktur Teknik Mustazal Khomidi yang turut meninjau lokasi, Tirta Mayang secepatnya akan berupaya mencegah longsor tidak berlanjut ke konstruksi intake dengan memasang tiang pancang, bar screen dan bronjong yang berfungsi sebagai turap.
“Kondisi saat ini dengan curah hujan yang meningkat, kecepatan arus dan volume air Sungai Batanghari juga meningkat sehingga tanah intake ini terancam longsor dan erosi,” Mustazal menjelaskan.
BACA JUGA:Gudang Minyak Ilegal Kosong di Jaluko Digrebek
BACA JUGA:Pemprov Jambi Berkomitmen Dukung Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Ia menambahkan, longsor sudah terjadi sejak tahun lalu, namun belum sampai meruntuhkan bangunan pagar seperti saat ini.
Menurut Mustazal, Tirta Mayang sebelumnya telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatra (BWSS) VI Jambi untuk secepatnya mengantisipasi longsor dan erosi di lokasi intake.
Namun karena tidak tersedia anggaran pada tahun ini, pekerjaan konstruksi untuk mitigasi kemungkinan baru dapat dilakukan BWSS tahun depan.(zen)