Psikiater: Trauma Bisa “Menular” ke Orang Terdekat Lewat Cerita Berulang

Senin 14 Jul 2025 - 11:00 WIB
Reporter : Finarman
Editor : Finarman

JAKARTA – Trauma tidak hanya berdampak pada korban langsung, tetapi juga bisa dirasakan oleh orang-orang terdekat melalui paparan cerita traumatis secara berulang, demikian disampaikan psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, dalam peluncuran buku Pulih dari Trauma di Jakarta.

Menurut Jiemi, kondisi ini dikenal sebagai secondary trauma, yaitu trauma tidak langsung yang dialami karena mendengarkan atau menyaksikan penderitaan orang lain yang memiliki ikatan emosional dekat.

“Misalnya, saat kita mendengar pengalaman traumatis dari ibu, pasangan, atau sahabat, kedekatan emosional membuat kita bisa ikut merasakan beban tersebut,” jelasnya.

Ia menambahkan, hal ini juga umum terjadi pada profesi seperti psikiater, polisi, atau tenaga medis, yang sering terpapar cerita atau situasi traumatik dalam pekerjaan mereka.

BACA JUGA:Cemilan Lezat Baik untuk Kesehatan Jantung

BACA JUGA:Gawat! Warga Aur Kenali Dirikan Posko Penolakan Stockpile Batubara PT SAS

Berbeda dari empati biasa, secondary trauma muncul ketika cerita traumatis disampaikan secara berulang, sehingga pendengar menyimpan memori kuat seolah mereka mengalaminya sendiri.

Namun, Jiemi menegaskan bahwa kondisi ini bukan alasan untuk berhenti bercerita.

"Buku ini menggambarkan secara deskriptif apa itu trauma, secara sudut pandang ilmiah sehingga seseorang bisa tidak kebingungan apa rasa sakitnya yang dirasakan itu nyata atau tidak, benar atau tidak, valid atau tidak dan bagaimana memulihkannya," kata Jiemi dalam peluncuran buku di Gramedia Jalma, Jakarta, Minggu.

 

Ia mengatakan dalam buku ini ia ingin menjelaskan istilah trauma yang sudah ada sejak zaman peperangan dikonotasikan sebagai kelemahan, harus segera ditangani sebagai gangguan jiwa.

 

Ia mengatakan trauma tidak akan memengaruhi tubuh secara keseluruhan yang bisa membuatnya lemah, namun harus ditemui apa rasa sakit yang menjadi latar belakangnya dan bagaimana menemui 'sakit' itu dengan welas asih sehingga trauma bisa mereda dan hilang.

 

 

 

"Supaya rasa sakitnya bisa mereda atau target aslinya adalah menghilang. Tapi kalau yang penting mereda dulu. Jadi bagaimana kita menemui sang sakit dengan penuh welas asih dan membantunya tidak lagi sakit," kata Jiemi.

 

Buku ini memperkenalkan pendekatan Trauma Processing Therapy (TPT), sebuah metode yang dikembangkan sendiri oleh dr. Jiemi berdasarkan praktik klinisnya.

Kategori :