Panglima Merah

Senin 25 Aug 2025 - 18:25 WIB
Reporter : Disway
Editor : Jennifer Agustia

Ini acara besar pertama di masa bupati baru Kubu Raya: Sujiwo. Ia orang Jawa. Wakilnya, Sukiryanto, orang Madura. Jawa-Madura terpilih dengan suara telak di Kubu Raya, Kalbar.

Inilah bupati yang amat merakyat. Ia memang anak transmigran miskin. Hebat. Berhasil jadi bupati.

Ayahnya, sebenarnya tentara. Pangkatnya sersan mayor. Tapi miskin. Sampai pensiun tidak punya rumah. Tugas terakhir sang ayah di Medan. Sujiwo pun lahir di Medan.

Begitu pensiun sang ayah kembali ke Wonogiri. Tidak punya rumah di Wonogiri. Lalu pindah ke Solo. Cari rumah kontrakan. Akhirnya ikut transmigrasi Angkatan Darat (Transad) ke Rasau, Kalbar. Sujiwo, yang ketika itu umur 10 tahun, ikut bertransmigrasi.

Sang ayah seorang Sukarnois. Marhaenis. Maka ketika sekolah D3 di Pontianak Sujiwo aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Pun ketika melanjutkan S-1 di Universitas Tanjungpura.

Sejak sebelum reformasi Sujiwo sudah ikut perjuangan Megawati Sukarno Putri di PDI-Perjuangan. Umur 27 tahun sudah menjadi anggota DPRD. Setiap lima tahun terpilih lagi. Sampai lima periode berturut-turut.

Sujiwo pun sangat mengakar. Maka saat maju sebagai calon bupati Kubu Raya terpilih dengan mudah.

Kini, setelah Singkawang, Kubu Raya akan menjadi kabupaten yang menonjol di Kalbar. Dua-duanya dari PDI-Perjuangan.

Partai itu memang tetap menjadi pilihan utama suku Dayak di Kalbar. Kursi DPRD-nya tetap terbanyak. Tapi begitu Pilpres mereka pilih memenangkan Prabowo-Gibran.

Panglima Jilah, Pasukan Merah, PDI-Perjuangan, Gibran, Prabowo, Sujiwo akan terus mewarnai politik Kalbar lima tahun ke depan. Juga Jawa, Madura, Dayak dan Melayu.

Di atas sana masih ada Panglima Burung: panglima dengan pasukan besar tanpa harus lulus AMN dan berpangkat jenderal. (Dahlan Iskan)

 

Kategori :