Jakarta - Kementerian Agama menggelar temu wicara pada rangkaian Devotion Experience (Dev-X) Hari Amal Bhakti ke-78 yang memaparkan tantangan aparatur sipil negara (ASN) dalam upaya transformasi digital.
Staf Ahli Menteri Agama RI Bidang Riset Hasanuddin Ali menjelaskan tantangan terbesar dalam transformasi digital ASN yakni perubahan mindset, khususnya bagi generasi X yang berasal dari dunia analog, untuk bisa beradaptasi dengan teknologi digital.
BACA JUGA: Ini Dia 5 Tren Pilihan Tas Tangan 2024
BACA JUGA: Inilah Alasan Mengapa Urine Berwarna Kuning
"Seringkali Gen X ini tergagap-gagap dalam melakukan aktivitas di dunia digital, ini menurut saya tantangan yang paling berat dan harus kita tangani," ujar Hasanuddin di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat.
Menurutnya, transformasi digital penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia hari ini didominasi oleh generasi milenial dan Gen Z.
Generasi milenial dan Gen Z hidup dalam kecanggihan teknologi, sehingga kondisi tersebut harus direspon secara cepat oleh pemerintah.
"Ketika kita bicara anak muda, maka di saat bersamaan kita harus bicara soal digitalisasi. Ketika kita bicara soal digitalisasi, maka di saat bersamaan kita juga harus bicara anak muda. Ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan," katanya.
Hasanuddin menyebut bahwa media digital sudah masuk ke dalam ruang-ruang privat. Komunikasi-komunikasi di lingkungan terdekat sudah mulai beralih dari komunikasi verbal ke komunikasi teks dan media lainnya.
Menurutnya, data ASN Kemenag angkatan muda cukup besar, yang usianya di bawah 39 tahun jumlahnya 13,5 persen. Jumlah ini sebagai modal kuat untuk melakukan akselerasi terhadap program Kemenag dan salah satu caranya adalah melalui digitalisasi.
Sementara itu, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Kemenag Mastuki mengatakan ASN Kemenag telah bergerak dalam penguatan layanan pelatihan melalui digital.
Ia menyoroti perbedaan antar generasi dalam memanfaatkan layanan digital, dengan 72 persen dari ASN generasi X memanfaatkan Massive Online Open Courses (MOOC).
Mastuki juga menekankan pentingnya Digital Learning Center (DLC) yang memungkinkan diakses oleh berbagai generasi.
Menurutnya, pergerakan ASN Kemenag dalam pelaksanaan penguatan layanan pelatihan melalui digital itu juga ditentukan oleh usia ASN. Dari data yang dikumpulkannya, pegawai yang memanfaatkan MOOC pintar itu mayoritas diisi generasi X, generasi Z, dan sisanya generasi baby Boomer.
"Ada gap yang cukup besar, tetapi ASN di Kemenag sangat antusias untuk memanfaatkan layanan-layanan digital itu," kata dia.
Dalam konteks inilah, kata Mastuki, DLC yang memacu Kemenag untuk bisa melayani semua ASN dengan pendekatan-pendekatan yang berbeda. (ant)