Gelandang Denmark, Pernille Harder, yang didatangkan Chelsea dari Wolfsburg pada 2020 adalah yang memecahkan rekor bayaran termahal Milene Domingues itu. Harder ditarik Chesles dengan bayaran 250 ribu euro (Rp4,27 miliar).
Dua tahun kemudian angka ini dipecahkan oleh Keira Walah saat dibeli Barcelona dari Manchester City pada harga 350 ribu euro (Rp5,98 miliar), yang dua tahun kemudian pada 2024 disalip lagi oleh Ramírez dan Kundananji.
Kundananji mungkin bisa menjadi pemain yang mendekatkan sepak bola putri untuk "pecah telor" dalam bayaran termahal baru yang menyentuh angka 1 juta.
Dia akan seperti legenda sepak bola putra Johan Cruyff ketika memecahkan bayaran termahal di dunia pada 1973, sewaktu dibayar Barcelona dari Ajax pada harga 2 juta dolar AS. Itu pertama kalinya pesepak bola putra dibayar di atas 1 juta dolar.
BACA JUGA:KIAN KOMPETITIF DAN INDUSTRIAL
BACA JUGA:Umi Pipik Ingatkan Hati-hati atas Dosa Ghibah
Tapi sejak 2017, nilai bayaran sepak bola putra semakin kencang menanjak, sampai pada taraf gila-gilaan, ketika Paris Saint Germain mendatangkan Neymar dari Barcelona pada harga 222 juta euro (Rp3,79 triliun).
Pertanyaannya, apakah kenaikan bayaran sepak bola putri ini menunjukkan sepak bola putri semakin kompetitif dan menarik? Tentu saja ya, apalagi jika melihat luasnya liputan media untuk sepak bola putri, termasuk di tingkat klub.
Tapi hal itu terjadi tak begitu lama karena baru terjadi tahun-tahun belakangan ini, termasuk akibat Piala Dunia 2023 yang digelar di Selandia Baru dan Australia.
Banyak pengamat dan pemangku kepentingan sepak bola global menilai Piala Dunia Putri 2023 menjadi momentum penting sepak bola putri. Dari sinilah sepak bola putri mengawali masa yang jauh lebih menarik dan kompetitif.
BACA JUGA:Ivan Gunawan Rencanakan Kunjungan ke Masjidnya di Uganda
BACA JUGA:Merry Ahmad Tak Ikut Liburan, Menikmati Liburan dan Kebahagiaan Bersama Keluarga di Indonesia
Turnamen yang diikuti 32 tim dari berbagai belahan dunia itu menunjukkan kualitas sepak bola putri yang semakin meningkat, kompetitif, dan kian menarik.
Ketika Piala Dunia Putri 1991, perbedaan antar-tim begitu lebar, sampai Amerika Serikat memenangkan enam laga dengan selisih gol 25-3.
Negara Paman Sam itu mendominasi turnamen itu dari waktu ke waktu. (ANTARA)