Tahun ini, rak-rak di pasar itu menyajikan pilihan yang lebih sederhana, bersama dengan wajah-wajah lelah para pembeli, menunjukkan betapa beratnya situasi saat ini.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk Sanaa, terus menyasar kapal-kapal di jalur pelayaran internasional sejak November lalu untuk mendukung warga Palestina.
Sebagai respons, Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan udara ke sejumlah target Houthi di Yaman, yang semakin meningkatkan ketegangan.
Aksi saling balas di Laut Merah ini menghambat kedatangan banyak kapal kargo di pelabuhan Yaman, sehingga barang-barang esensial semakin langka di negara yang dilanda perang tersebut.
"Dahulu, kami membeli baju baru untuk anak-anak pada hari-hari pertama Ramadan," kata Ahmed Hamoud, yang memiliki tiga anak.
BACA JUGA:Aston Villa dan Club Brugge Dekati Semifinal Liga Conference dengan Kemenangan Tipis!
BACA JUGA:Cara Menyimpan Ketupat Agar Awet,Yuk Simak
"Sekarang, bahkan untuk membeli kudapan manis pun sulit," tambahnya.
Hamoud, yang melakukan perjalanan dari pinggiran Sanaa, berusaha menghemat uangnya dan dengan hati-hati memilih sekantong kismis berukuran sedang dan beberapa kotak kukis.
Dampak ekonomi dari konflik ini tidak dapat disangkal. Banyak keluarga, yang tidak mampu mengimbangi harga pasar, beralih ke tradisi.
Mereka akan membuat "Kahk" di rumah, biskuit sederhana nan lezat yang terbuat dari tepung, air, telur, dan mentega.
Kebiasaan kuno ini memastikan tersedianya kudapan manis untuk Hari Raya Idul Fitri, bahkan dengan anggaran terbatas.
BACA JUGA:Yuk Simak! Kumpulan Doa Selamat Lengkap dengan Artinya
BACA JUGA:Cara Menyimpan Opor Ayam Agar Tahan Lama,Yuk Simak
Namun, bagi kelompok yang paling rentan, kebahagiaan sesederhana ini pun berada di luar jangkauan mereka.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa lebih dari separuh penduduk Yaman bergantung pada bantuan makanan akibat perang saudara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.