NF Sering Mengunjungi Situs Gelap
DIJAGA KETAT: SMAN 72 Jakarta dijaga ketat oleh TNI Polri.-ist/jambi independent-
JAKARTA,JAMBIKORAN.COM - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap temuan baru terkait anak berhadapan dengan hukum (ABH) berinisial NF (17), yang terlibat dalam peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, NF diketahui memiliki aktivitas daring mencurigakan di berbagai forum internet, termasuk situs gelap (dark web).
Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengatakan NF diduga aktif mengakses komunitas dan forum daring yang menampilkan konten ekstrem dan kekerasan.
“Yang bersangkutan kerap mengunjungi komunitas daring, terutama di forum dan situs-situs gelap yang menampilkan video atau foto orang yang benar-benar meninggal dunia, biasanya akibat kecelakaan, perang, pembunuhan, atau kejadian brutal lainnya,” ungkap Mayndra kepada awak media, Senin (10/11).
Pihak kepolisian menduga pola perilaku daring NF tersebut memiliki keterkaitan dengan ketertarikan terhadap bahan peledak dan konten ekstrem yang ditemukan di beberapa perangkat digital miliknya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto menyampaikan bahwa NF sempat membawa tas sekolah dan satu tas jinjing saat tiba di lokasi sebelum ledakan terjadi.
“Dari rekaman CCTV terlihat anak ini datang membawa tas sekolah serta tas yang dijinjing. Semua barang-barang berada di dalam situ,” jelasnya.
Budi juga menyebutkan bahwa ada dugaan beberapa bom rakitan tidak sempat meledak.
“Tampaknya ada beberapa sumbu yang tidak terpicu, sehingga barang ini tidak meledak,” katanya.
Polda Metro Jaya masih melakukan pendalaman dengan olah tempat kejadian perkara (TKP), pemeriksaan barang bukti (barbuk), dan keterangan saksi.
“Besok kami agendakan rilis resmi. Saat ini seluruh satuan kerja masih melengkapi data agar bisa menyampaikan fakta kejadian secara utuh,” ujarnya.
Sementara itu, satu-satunya korban atau ABH yang terluka, yakni NF, telah dipindahkan ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati untuk penanganan medis dan psikologis lebih lanjut.
“Satu orang dipindahkan ke RS Polri. Tim dokter bedah dan tim psikolog sudah disiapkan untuk menangani kondisi pasien,” jelas Budi.
Ia menambahkan, pemindahan NF juga dilakukan demi menjaga kondisi kesehatannya serta mempermudah penyidik dalam proses pemeriksaan.
“Di RS Polri sudah dibentuk tim terpadu, agar penanganan medis dan pemeriksaan berjalan optimal serta menghindari risiko infeksi,” tambahnya.