Humor Gagap

Dahlan iskan--

BACA JUGA:Ini Sinopsis dan Daftar Pemain Film Project Silence, Tayang di Bioskop Indonesia Hari ini

Padahal rakyat Amerika sangat menjunjung tinggi kejujuran. Akankah itu akan jadi kelemahan Trump di mata pemilih Amerika? 

Saya mencoba bertanya pada orang Amerika biasa. Ia anggota partai Republik tapi mengagumi Barack Obama. Ia Republik tapi memilih Joe Biden di Pilpres yang lalu. 

Anda sudah tahu: ia adalah John Mohn. Orang Kansas. Sahabat lama saya. Yang baru saya kunjungi. 

Ia menonton debat itu kemarin di rumahnya. Bersama isterinya. Lalu ia saya minta menuliskan komentar satu kalimat panjang: 

BACA JUGA:Apakah Bisa Pria dengan Gangguan Sperma Azoospermia Non-Obstruktif Punya Anak? Begini Kata Peneliti

BACA JUGA:Pecinta Ramen, Jangan Ketinggalan Promo RamenYa! Udah Buka Cabang Perdana di WTC Jambi Loh

"Menyaksikan debat itu, Trump adalah tipe seorang penindas. Korup secara moral. Berbohong tentang pencapaiannya saat jadi presiden". 

"Ia juga menghindar dari menjawab pertanyaan. Ia menghina Presiden Biden yang semua orang tahu kalau bicara gagap dan kalau bicara lembut. Biden juga menjawab semua pertanyaan moderator secara detil dan akurat". 

"Ketika Biden berjuang untuk mengatasi kegagapannya, ia terlihat tua dan lemah. Itu membuat saya sedih dan takut. Saya takut kebohongan dan hinaan akan mengalahkan kejujuran dan empati". 

"Pemilih yang masih mengambang akan memilih Trump dan demokrasi Amerika akan rusak untuk eksperimen kepresidenan Trump". 

BACA JUGA:Simak! Cara Melihat Password WiFi Pakai HP Android tanpa Aplikasi Tambahan

BACA JUGA:Sering Traktir Teman-temannya Saat Wamil, Jin BTS Dapat Julukan Dewa

Saya setuju dengan komentar John Mohn itu. Yang juga hilang dari debat tanpa penonton ini adalah satu: humor. Tidak ada rasa humor sama sekali. Biden yang biasa menyelipkan kalimat lucu dalam pidatonya juga serius sepanjang debat. 

Masih mendingan debat Capres Indonesia yang lalu: sempat ada joget gemoy dan omon-omon.(Dahlan Iskan) 

Tag
Share