9 Strategi Manajemen Krisis bagi Institusi

Mochammad Farisi, LL.M Kepala Humas Universitas Jambi-JAMBIKORAN.COM/HO-UNJA-

JAMBI, JAMBIKORAN.COM - Saat krisis terjadi, bad news cenderung lebih cepat meluas daripada good news. Ini karena pada dasarnya hal-hal yang negatif atau sensasional memiliki nilai jual atau daya tarik tersendiri. Di sisi lain, media umumnya mengabarkan suatu krisis sesuai perspektif masing-masing, sehingga bad news pun tidak terelakkan lagi.

Sayangnya, ketika bad news mulai menyebar, banyak institusi yang cenderung memilih untuk diam. Karena menilai bahwa dengan berdiam diri, bad news dan krisis bisa hilang dengan sendirinya. Bisa saja seperti itu (namun tergantung eskalasi). Namun, dengan berdiam diri, institusi tidak memiliki keterbukaan informasi kepada publik.

Jangan heran justru akhirnya publik jadi punya persepsi negatif tentang institusi Anda.

Dahulu ada istilah borong habis media cetak atau take down berita negatif, tapi cara seperti itu tidak etis dan sepertinya semakin susah untuk dilakukan karena media semakin massif dan juga banyak akun media sosial. Perlu langkah yang lebih elegan untuk mengelola krisis.

Praktisi humas perlu memiliki kemampuan dalam menangani krisis secara efektif untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi, tanpa merusak image institusi di tengah masyarakat. Agar penanganan krisis bisa berjalan optimal, ada sejumlah poin penting yang perlu diperhatikan.

Jadi, apa yang harus Anda lakukan? Ada 9 strategi manajemen krisis dengan responsif dan transparan. Hal ini disampaikan oleh Mochammad Farisi, LL.M Kepala Humas Universitas Jambi saat ditemui diruang kerjanya di gedung Rektorat UNJA Mendalo pada 6 September 2024.

1. Rutin Rapat Evaluasi dan Memitigasi Potensi Krisis.

Humas harus secara rutin mengadakan rapat membahas berbagai strategi komunikasi, perkembangan isu, atau potensi masalah yang mungkin muncul. Selain itu, Humas perlu terus-menerus melakukan evaluasi terhadap kinerja dan situasi yang sedang berlangsung, sehingga dapat mengidentifikasi apa yang berjalan dengan baik dan hal-hal yang perlu diperbaiki.

Misalnya di perguruan tinggi, potensi yang bisa menjadi krisis adalah: penerimaan mahasiswa baru, penetapan UKT, PKK-MB, dll. Lebih lanjut, Humas harus proaktif dalam memitigasi setiap potensi yang bisa berkembang menjadi krisis, dengan cara berkoordinasi dengan pimpinan dan panitia kegiatan mengantisipasi risiko dan menyiapkan langkah-langkah penanganan yang tepat.

2. Pemetaan Dampak Krisis

Pemetaan krisis penting untuk melihat, tingkatan dampaknya apakah minor, medium, major atau fatal. serta memonitor eskalasi, dan respon yang diperlukan, apakah cukup direspon oleh level low manager atau harus top manager.

3. Membuat Tim Khusus Untuk Investigasi Krisis yang Sudah Terjadi

Bila krisis sudah terjadi, maka langkah responsif harus segera dilakukan, seperti (bila perlu) membentuk tim kusus yang bertugas untuk mengidentifikasi akar masalah, mengevaluasi dampak, dan mencari tahu faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya krisis. Dengan melakukan investigasi mendalam, institusi dapat memahami penyebab krisis secara lebih jelas dan menyusun langkah-langkah strategis untuk mengatasi situasi tersebut serta mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Tujuan utama dari pembentukan tim ini adalah untuk memastikan bahwa institusi mampu merespon krisis secara efektif dan menjaga stabilitas operasional serta reputasinya.

Tag
Share