Pastikan Penanganan Pengungsi Lancar

--

JAKARTA - Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melakukan kunjungan langsung ke lokasi pengungsian warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT sejak Jumat, 8 November 2024.

Saat ini, sekitar 2.000 warga terdampak bencana tersebut telah mengungsi ke Kabupaten Sikka. Sebelumnya, BNPB telah menugaskan Deputi Penanganan Darurat untuk memantau kondisi para pengungsi.

“Ini hari kelima saya di sini, sejak awal sudah mengunjungi tiga titik di Lewolaga, Bokang, dan Konga. Mendengar ada pengungsi di sini (Kabupaten Sikka), kemarin saya tugaskan Deputi Penanganan Darurat, dan hari ini saya datang langsung,” ucap Suharyanto.

Kehadiran BNPB di lapangan menunjukkan kepedulian pemerintah pusat terhadap warga terdampak bencana. “Presiden dan Wakil Presiden terus memantau upaya penanganan ini agar kita dapat membantu bapak, ibu, adik-adik yang terdampak,” katanya.

Ia juga memastikan kebutuhan dasar pengungsi terjamin selama masa evakuasi. “Kami pastikan kebutuhan dasar selama mengungsi dijamin sampai kapanpun,” ujarnya.

Di pos pengungsian Desa Hikong dan Desa Kringa, Suharyanto memantau langsung kondisi warga serta menyalurkan bantuan bagi semua pengungsi.

BACA JUGA:Puan Maharani Kritik Israel di P20

BACA JUGA:Pastikan Kementerian PANRB Akselerasi Program 100 Hari


“Mohon bantuannya, kita sama sama bekerja, tentu saja banyak kekurangan dan kelemahan. Kekurangan hari ini kita tutup, kita bekerja butuh waktu, satu langkah dua langkah tiga langkah, bukan seperti sulap hari ini ngomong hari ini ada,” jelasnya.

Sejak erupsi pertama pada Minggu, 3 November, Gunung Lewotobi Laki-Laki masih aktif. Suharyanto mengimbau warga untuk terus waspada karena letusan susulan tak dapat diprediksi.

“Gunung adalah bagian kehidupan kita, tidak bisa kita pindahin gunung ke laut, kita sebagai manusia yang menyesuaikan hidup kita supaya ketika gunung erupsi tidak membahayakan hidup kita dan keluarga kita” ujarnya.

Suharyanto juga mengingatkan bahwa ancaman letusan Gunung Lewotobi bisa datang sewaktu-waktu.

“Buktinya, meskipun aktivitas landai selama 20 tahun (sejak erupsi tahun 2002,Red), tiba-tiba meletus. Di tahun 2024 tidak perlu 20 tahun, Januari 2024 (erupsi,Red) saya ke sini, tidak sampai setahun saya balik lagi dan lebih besar (dampaknya,Red). Tidak ada siapapun yang bisa menjamin Gunung Lewotobi Laki-Laki tidak meletus lagi. Alam tidak bisa dilawan, kalo kita melawan alam, kita menjadi korban” ujarnya.

Bagi warga di zona bahaya, pemerintah mengupayakan relokasi demi keselamatan. “Ke depan, kita perlu menghindari tinggal di radius bahaya. Bapak dan Ibu boleh pindah ke lahan di luar zona bahaya milik keluarga, pemerintah akan bantu bangun rumah,” katanya.

Ia menambahkan, “Aset di zona bahaya tidak hilang, tetap milik bapak ibu untuk berkebun atau beternak, tapi tidak untuk tempat tinggal.”

Pemerintah telah mengatur akses masuk ke zona bahaya dengan buka-tutup jalan guna mengurangi risiko bagi warga, terutama saat Gunung Lewotobi sedang aktif.

“Buka tutup jalan dibantu Satgas TNI-Polri di bawah kendali BNPB,” ungkap Suharyanto.


Selain itu, BNPB berencana membangun hunian sementara bagi warga yang terdampak dan direlokasi, bekerja sama dengan pemerintah daerah.

“Akan ada hunian sementara hingga rumah jadi. Karena proses relokasi butuh waktu, kami harap ini dapat segera terwujud,” ujarnya.


Sambil menunggu rumah permanen selesai, pemerintah akan memberikan dana tunggu hunian kepada warga terdampak.

“Sambil menunggu rumahnya jadi, boleh tinggal di saudara atau di tenda dengan dukungan dana tunggu hunian Rp500 ribu per bulan per kepala keluarga,” pungkasnya.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan