Foto Pimpinan
Disway--
Tidak hanya Anda yang gundah gulana. Juga Quraisy Mathar. Quraisy-lah yang menaikkan pamor perpustakaan itu ke level A. Yang pertama di luar Jawa yang mampu meraih akreditasi A.
Pamor itu kini luluh lantak. Perpustakaan Syekh Yusuf milik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin di Makassar itu kini jadi bulan-bulanan. Jadi berita besar. Jadi berita nasional: jadi percetakan uang palsu.
Kepala perpustakaannya, Andi Ibrahim, kini jadi tersangka bersama 16 orang lainnya.
Saya hubungi Quraisy kemarin. Saya ingin tahu perasaannya. Juga ingin tahu: di mana mesin cetak uang palsu itu ditempatkan.
Ternyata jeli juga Ibrahim menempatkan mesin cetak dua warna itu. Di lantai satu.
Anda sudah tahu: perpustakaan Syekh Yusuf itu empat lantai. Tanpa lift.
Khusus lantai satu tidak ada rak-rak pajangan buku. Lantai satu ini untuk kepala perpustakaan, lembaga bahasa dan ruang identifikasi buku.
Misalkan Anda masuk dari halaman depannya. Begitu membuka pintu terdapat ruangan besar sekali. Ruang kosong. Seperti lapangan. Tidak ada meja. Tidak ada kursi. Bukan lobi. Bukan pula receptionist. Bukan ruang tunggu.
Di pertengahan ruangan itu ada koridor ke kanan dan koridor ke kiri. Ujung koridor kanan adalah pintu menuju fakultas tarbiyah.
Sebelum ujung itu ada toilet. Pun ujung koridor kiri. Ujung koridor adalah pintu menuju kantin. Sebelum pintu juga ada toilet.
Kalau Anda berjalan di koridor itu, Anda akan melewati pintu-pintu ruangan. Di koridor kanan ada ruang kepala perpustakaan, kepala lembaga bahasa, dan ruang identifikasi buku-buku baru.
Di kanan-kiri koridor kiri ada ruang staf lembaga bahasa, lab bahasa, dan ruang CCTV.
Lalu di mana mesin cetak diletakkan?
Ujung koridor kiri!
Koridor itu disekat dengan dinding. Pintu ke kantin di ujung koridor terhalang dinding penyekat.