Guru Harus Dampingi Siswa dalam Penggunaan AI

--
Asisten Deputi Perumusan kebijakan Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Muhammad Ihsan menanggapi penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di dunia pendidikan, terutama pada pengerjaan tugas siswa.
Menurutnya, peran guru sangat penting untuk memastikan adanya pembelajaran di tugas yang diberikan, meski siswa tersebut menggunakan teknologi.
Pasalnya, ia mengakui tidak bisa serta merta melarang siswa menggunakan gadget ataupun teknologi AI dalam pengerjaan tugas.
"Kalau mau langkah cepat, sih, pertama, larang saja anaknya menggunakan HP ketika mengerjakan tugas. Itu langkah cepat, tapi kan kita juga tidak bisa menutupi mata bahwa itu bagian dari hak anak-anak atas akses informasi," tuturnya.
Maka dari itu, peran guru dalam hal ini perlu menilai proses kognitif anak dalam mengakses AI, apakah mencomot secara utuh atau dicerna terlebih dahulu.
"Okelah dia mengakses ChatGPT misalnya, tapi kemudian ada proses analisis dari anak. Apakah dari informasi yang diberikan (AI) itu sudah sesuai dengan apa yang memang diinginkan."
Untuk memastikan hal ini, guru bisa melakukan semacam wawancara atas pertanyaan atau jawaban yang disampaikan oleh si anak.
"Di-crosscheck, verifikasi oleh guru apakah apa yang ditulis oleh anak itu adalah apa yang dia pahami. Jadi itu mungkin mekanismenya seperti itu," lanjutnya.
Ihsan mengakui hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru yang tak terhindarkan harus bisa melakukan verifikasi ini.
"Kita tidak bisa membatasi akses anak, apalagi di rumah mengerjakan tugas. Siapa yang bisa mengontrol guru bahwa anak tidak boleh pakai HP atau mengakses internet yang dari internet itu bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan memperoleh jawaban dari AI," paparnya.
"Siapa yangg bisa mengontrol itu? Tidak apa-apa, biarkan anak itu mengakses itu (AI), tapi kemudian peran guru adalah bagaimana dia mengakses, sejauh mana jawaban yang diberikan, atau hasil pekerjaan yang anak lakukan itu benar-benar dia pahami," katanya.
Di samping itu, pihaknya juga tengah mengupayakan agar pemberian tugas siswa sekolah dilakukan secara manual, tanpa menggunakan teknologi gadget ataupun internet.
Hal ini salah satu tujuannya untuk membatasi anak menggunakan gadget secara berlebihan. Namun demikian, wacana ini masih dalam pembahasan awal antara pihaknya dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. (*)