Ketindihan Karena Makhluk Halus? Mitos atau Fakta?

S. Sheera Alzeva-IST/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
Seringkali kita mendengar kata “ketindihan” yang selalu dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis. Fenomena yang mungkin terdengar dari mulut ke mulut yang sangat mengerikan. Jiwa yang terpisah dari raganya, merasa lumpuh tidak bisa apa-apa, bahkan sampai melihat sosok makhluk halus. Mungkin untuk sebagian orang itu hanyalah dongeng belaka. Nyatanya, hal tersebut memang bisa terjadi tetapi disebabkan oleh faktor psikologis.
Dalam psikologis ketindihan dikenal dengan nama “Sleep Paralysis”, ini adalah kondisi ketika seseorang sadar tetapi tidak bisa bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga beberapa menit saat transisi antara bangun dan tidur. Selain tidak bisa bergerak, gejala sleep paralysis ini seperti merasa ada “sesuatu” atau melihat bayangan menyeramkan, sulit bernapas, sensasi keluar dari tubuh dan mendengar suara bisikan atau langkah kaki.
BACA JUGA:Bantu Masyarakat, SAH Harap Pemerintah Lakukan Operasi Pasar Tepat Sasaran
BACA JUGA:Ada Yayasan Diduga Terafiliasi NII Faksi KW9
Sleep paralysis ini bisa terjadi dikarenakan tubuh masuk kedalam fase REM (Rapid Eye Movement), yaitu ketika tubuh mengalami kelumpuhan alami untuk mencegah kita bergerak sesuai mimpi. Ketika sleep paralysis terjadi, otak terbangun lebih dulu, tetapi tubuh masih dalam mode lumpuh REM, sehingga kita merasa sadar tapi tidak bergerak. Pada fase ini otot diafragma dalam mode istirahat sehingga membuat tubuh menjadi sulit bernapas dan mengalami halusinasi.
Sleep paralysis tidak berbahaya, tetapi efek yang dirasakannya sangat menakutkan. Sleep paralysis dapat diatasi dengan mengubah pola tidur yang baik, memikirkan hal-hal yang positif, tidak ketergantungan obat, dan jangan percaya dengan mitos yang beredar.
Oleh karena itu, ketindihan atau sleep paralysis bukanlah gangguan dari makhlus halus, melainkan fenomena psikologis yang berhubungan dengan pola tidur.
Referensi :
*) Penulis merupakan mahasiswa Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.