Kiat yang Bisa Dilakukan Saat Teman Alami Perundungan, Ini Kata Psikolog

Ilustrasi - Penganiyaan. -ANTARA-
JAKARTA – Psikolog klinis anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI), Anna Surti Ariani, membagikan beberapa kiat yang dapat dilakukan ketika melihat teman menjadi korban perundungan (bullying), terutama di lingkungan sekolah.
Dalam sebuah diskusi tanya jawab yang digelar di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Anna menjelaskan bahwa langkah pertama yang perlu diambil adalah melaporkan kejadian perundungan kepada pihak yang bisa memberikan bantuan.
Di sekolah, hal ini bisa dilakukan dengan melaporkan kepada guru bimbingan konseling (BK), kepala sekolah, wali kelas, atau guru-guru yang bertanggung jawab.
"Pelaporan itu sangat penting. Jika di sekolah, kita bisa melapor kepada pihak yang dapat membantu, seperti guru BK atau kepala sekolah," ujar Anna Surti Ariani, yang akrab disapa Nina.
BACA JUGA:Walikota Maulana Ajak Masyarakat Berbagi di Bulan Ramadan
BACA JUGA:Resep serba telur yang gurih dan enak untuk sahur, 3 Resep Telur Gurih dan Enak Untuk Sahur
Selain pelaporan, Nina juga menekankan pentingnya memberikan dukungan psikologis awal atau psychological first aid kepada korban.
Langkah ini dikenal dengan istilah P3LP (Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis), yang dirancang untuk memberikan bantuan psikologis segera bagi korban perundungan.
"Di luar pelaporan, sangat penting untuk memberikan dukungan psikologis awal. Kita harus memperhatikan kondisi korban dan memberikan kenyamanan fisik," tambah Nina.
Jika korban tampak sangat tertekan atau cemas, dukungan seperti mengajak korban menuju tempat yang lebih aman atau memberinya minum bisa sangat membantu menenangkan keadaan.
BACA JUGA:Sanksi Tegas Bakal Menanti Jika Terbukti Praktik Penimbunan Bahan Pokok
BACA JUGA:Pemkab Tebo Salurkan Bantuan Terdampak Banjir
Lebih lanjut, Nina menyarankan untuk memberikan dukungan emosional tanpa menghakimi. Menjadi pendengar yang baik dan memberikan ruang bagi korban untuk menceritakan pengalamannya adalah hal yang penting.
"Ketika kita menjadi teman bagi korban, kita perlu untuk tidak menghakimi. Kita bisa berkata, 'Kalau kamu mau cerita, aku di sini untuk dengerin kamu. Kalau kamu gak mau cerita, gak apa-apa, aku tetap ada di sini menemanimu,'" ungkap Nina.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh korban perundungan dan mendorong orang-orang di sekitar untuk lebih peka dan responsif terhadap masalah ini. (*)