Presiden LALIGA Kasih Pesan untuk Indonesia

Presiden LALIGA atau Liga Spanyol Javier Tebas dalam wawancara eksklusif yang dihadiri ANTARA di Singapura.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Presiden LALIGA atau Liga Spanyol Javier Tebas memberikan pesan agar kompetisi sepak bola di Indonesia semakin berkembang.
Dalam wawancara eksklusif di Singapura, Senin, yang dihadiri ANTARA, Tebas menggarisbawahi pentingnya sebuah kompetisi yang kuat dan terstruktur, yang mencakup semua kategori usia.
"Hal pertama adalah memiliki struktur kompetisi yang kuat di semua kategori usia," kata Tebas saat menjawab pertanyaan pewarta.
Di musim lalu, kompetisi sepak bola di Indonesia terdiri dari empat kasta, yaitu Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4. Untuk kompetisi usia muda, PT Liga Indonesia Baru (LIB) membaginya ke dalam tiga kelompok usia, yaitu U-16, U-18, dan U-20.
BACA JUGA:Bupati Batang Hari Resmi Buka Musrenbang RPJMD 2025–2029
BACA JUGA:Gelapkan Dana Lewat Kegiatan Penagihan, Seorang Karyawati Diamankan Polisi
Namun, sebuah kompetisi sepak bola di sebuah negara menurut Tebas kurang lengkap jika tak ada turnamen resmi selain liga seperti Copa del Rey di Spanyol, lalu Piala FA di Liga Inggris, dan Coppa Italia di Italia.
Kata pria 62 tahun itu, turnamen seperti itu akan sangat berguna, khususnya untuk memberikan kesempatan setiap klub memainkan pemain mudanya.
Di Indonesia, turnamen resmi terakhir yang digelar adalah Piala Indonesia pada musim 2018/2019. Setelahnya, tak ada turnamen serupa untuk menutupi kekosongan, kecuali Piala Presiden yang lebih bersifat turnamen pramusim.
Adanya kompetisi yang terstruktur, kata Tebas, akan membuat banyak pemain muda potensial muncul dan mampu bersaing di level tertinggi sebelum berusia 20 tahun.
"Ketika pemain berusia 18 tahun, mereka sudah dapat berkompetisi di liga profesional tingkat pertama Indonesia," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, untuk membuat sebuah liga maju, ia juga mengungkapkan pentingnya sebuah kompetisi menggunakan banyak pemain asing. Di Liga 1 musim lalu, regulasi yang diterapkan adalah delapan pemain asing.
"Membawa pemain asing ke kompetisi tertinggi juga tepat untuk membuat kompetisi itu lebih kompetitif. Namun, jika Anda tidak memiliki kompetisi yang terstruktur dengan baik, maka nantinya tidak dapat berkembang menjadi kompetitif," jelas dia.
Lebih lanjut, pria kelahiran San Jose, Kosta Rika itu mengatakan, "Memiliki kompetisi nasional, harus sangat kuat secara finansial, tetapi bukan dalam arti banyak uang, tetapi harus berkelanjutan secara ekonomi. Karena jika Anda ingin kompetisi ini tumbuh secara profesional, para pemain juga harus jauh lebih kompetitif di tingkat nasional."