RAT 787

Dahlan iskan--

Penumpang ajaib itu tercatat sebagai orang nomor tiga satu-satunya penumpang hidup dalam kecelakaan pesawat. Yang pertama, Juliane Koepcke. Gadis 17 tahun. Saat dia terjerembab ke bumi masih terikat sabuk pengaman di kursinya. Itu kecelakaan pesawat tahun 1971. Selebihnya, 90 orang penumpang tewas. 

Saat itu pesawat berada di ketinggian 3 km. Petir menyambarnya –saat itu teknologi antipetir pesawat belum secanggih sekarang. Pesawat meledak di udara. Juliane terpental bersama kursinya. Dia jatuh dari ketinggian 3 km bersama kursinya. Kursi itu telah jadi semacam payung bagi penerjun bebas. 

Yang kedua, Cecelia Cechan. Dia anak kecil berumur empat tahun. Dia luka parah tapi hidup. Yang membuat Cechan selamat adalah karena Cechan dalam posisi dipeluk sangat erat oleh ibunya. Sang ibu tewas bersama 154 orang penumpang. 

Kejadian itu sudah begitu lama: tahun 1987. Yakni kecelakaan pesawat Northwest Airlines yang take-off dari Michigan. 

Seandainya Air India itu sudah sempat terbang tinggi kemungkinan selamat masih ada. RAT bisa berfungsi untuk mencari tempat pendaratan darurat. 

Tapi saat pilot mengaktifkan RAT pesawat masih sangat rendah. Begitu RAT diaktifkan pesawat sudah hancur. 

Maka di saat naik pesawat dari Denpasar menuju Perth sekarang ini (kemarin pagi) saya teringat kehebatan pilot Garuda yang terbang dari Lombok. Kejadiannya 23 tahun lalu. Di ketinggian maksimalnya, dua mesinnya mati satu per satu. Sang pilot, Kapten Abdul Razak, masih bisa mengendalikan pesawat yang menurun dengan cepat. Sang pilot melihat ada air di bawah sana. Ia daratkan pesawat itu di sungai Bengawan Solo. Hanya satu pramugari yang tewas –itu pun karena keburu loncat. 

Rasanya kecelakaan di Ahmadabad itu akan berbuntut panjang. Gugatan hukum mulai dilayangkan di Inggris –oleh keluarga penumpang Inggris. India sendiri mulai melihat sisi sabotase. Langka: Dua mesin mati bersamaan. Kali pertama terjadi. Banyak spekulasi sudah diabaikan: soal sayap, soal gear pendaratan, soal pasokan bahan bakar. Semua berfungsi baik. Soal bahan bakar misalnya, pesawat lain tidak terganggu. 

Maka fokusnya tinggal ke sistem dalam software atau kesalahan pilot dalam memasukkan komando ke software. 

Bagi yang percaya gaib, keajaiban bisa terjadi di mana pun. Bagaimana mungkin dari pesawat yang meledak di udara ada satu gadis yang selamat. 

Bagi orang teknik, matematika, dan fisika itu bukan keajaiban. Itu ada hitungannnya. Bagi yang bisa menghitung. (*) 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan