Konsumen E-Commerce Meningkat, Tapi Nilai Belanja Per Orang Turun akibat Fenomena "Rojali-Rohana"

Ilustrasi - Pengunjung memilih sepatu di salah satu store di kawasan Bencoolen Mall, Kota Bengkulu, Bengkulu. -ANTARA /Muhammad Izfaldi/-

JAKARTA – Industri e-commerce di Indonesia masih menunjukkan geliat positif dari sisi jumlah konsumen.

Namun, nilai rata-rata belanja per individu justru mengalami penurunan, dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen yang dikenal dengan fenomena "rojali" (rombongan jarang beli) dan "rohana" (rombongan hanya nanya).

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan.

Menurutnya, meski transaksi masih terbilang ramai, nilai per transaksinya kini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

BACA JUGA:Sidang TPPU Narkoba Tek Min Berlanjut, Dua Saksi dari Bareskrim Ungkap Pelacakan Aset Libatkan PPATK

BACA JUGA:Diduga Korsleting Listrik, Tiga Rumah di Penyengat Olak Muaro Jambi Ludes Terbakar

“Jumlah pengguna meningkat, tapi mereka cenderung hanya melihat-lihat atau bertanya tanpa benar-benar melakukan pembelian. Rata-rata belanja bulanan per orang menurun dari Rp543 ribu menjadi Rp470 ribu, atau turun sekitar 13 persen,” ujar Budi.

Penurunan tersebut, kata Budi, merefleksikan perubahan perilaku belanja yang lebih selektif di tengah tekanan ekonomi.

Konsumen kini lebih fokus pada kebutuhan utama dan cenderung berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.

Selain itu, munculnya saluran alternatif seperti social commerce dan aplikasi pesan (chat commerce) turut menyebar pola belanja masyarakat, membuat konsentrasi pembelanjaan di platform e-commerce menjadi lebih terdispersi.

BACA JUGA:Harga Emas Antam Naik Tipis Jadi Rp1,897 Juta per Gram Hari Ini

BACA JUGA:Bakal Pusat Jasa Logistik, Pemprov Jambi Dukung Rencana BPJN Membangunan Jalan Lingkar Utara Sepanjang 8 Km

Budi juga menyinggung kebijakan PPh Pasal 22 yang diberlakukan kepada pedagang di platform marketplace. Meski demikian, ia menilai hal itu bukan satu-satunya penyebab turunnya nilai transaksi.

“Faktor utama tetap berada pada daya beli dan keinginan belanja konsumen. Jadi bukan hanya karena adanya pajak atau biaya platform,” jelasnya.

Meski menghadapi tantangan, idEA tetap optimistis. Momen belanja massal seperti Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) diyakini masih mampu mendorong pertumbuhan nilai transaksi, khususnya bila ada dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.

Dari data survei Jakpat per 31 Juli 2025, tercatat 95 persen responden mengaku telah melakukan pembelian online pada semester pertama 2025 — meningkat 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

BACA JUGA:Lagu Indonesia Raya dan Lagu Nasional Bebas Royalti, Ini Penjelasan Menkum Supratman

BACA JUGA:Manchester United Investasi Rp1,1 Triliun di Carrington

Namun, rata-rata belanja bulanan turun dari Rp543.250 menjadi Rp470.516, mengonfirmasi tren penurunan nilai transaksi per orang. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan