Tetapkan Durasi Menonton Sesuai Usia, Psikolog: Tayangan Televisi Bisa Berdampak Positif dan Negatif pada Anak

Ilustrasi tayangan televisi memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak, baik dari sisi kognitif, emosional, sosial, hingga fisik.-eliflamra/istok-
BACA JUGA:7 Manfaat Kulit Pisang untuk Kesehatan
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Klinis Anak dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa tayangan yang tepat untuk anak memiliki beberapa kriteria penting.
Tayangan harus edukatif, mengandung nilai moral positif, sesuai dengan tahap perkembangan anak, serta menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.
“Tayangan yang baik seharusnya menampilkan alur sederhana, visual yang ramah anak, dan tidak berlebihan dalam konflik maupun efek visual,” ujar Vera.
Sebaliknya, orang tua perlu menghindari tayangan yang menampilkan kekerasan, konten seksual, unsur mistis yang berlebihan, hingga perilaku antisosial.
BACA JUGA:Cara Ampuh Tingkatkan Kemampuan Public Speaking
Tayangan yang menyisipkan pola asuh keliru tanpa klarifikasi, serta iklan yang mendorong gaya hidup konsumtif seperti makanan tidak sehat atau mainan mahal, juga dianggap tidak sesuai.
Ratih Zulhaqqi, psikolog anak lainnya, menambahkan bahwa tayangan dengan alur terlalu cepat berpotensi menimbulkan overstimulasi, membuat anak kesulitan membedakan antara fantasi dan kenyataan.
“Anak butuh waktu untuk memproses informasi. Jika terlalu lama menonton, mereka bisa terbiasa dengan aktivitas pasif yang minim interaksi sosial,” jelas Ratih.
Peran Kunci Orang Tua
BACA JUGA:Ratusan Keramba Ikan Hanyut, Kerugian Ditaksir Capai Rp3 Miliar
Kedua psikolog sepakat bahwa peran orang tua sangat krusial dalam membentuk kebiasaan menonton yang sehat pada anak. Mereka merekomendasikan beberapa langkah strategis, antara lain:
Tetapkan durasi menonton sesuai usia:
0–2 tahun: Sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali.
2–5 tahun: Maksimal 1 jam per hari, dengan tayangan edukatif dan pendampingan.
6–12 tahun: 1–2 jam per hari, pilih konten bernilai edukatif dan moral seperti kartun anak, eksperimen sains, atau dokumenter ringan.
13–17 tahun: Diperbolehkan menonton hiburan usia 13+, namun tetap memerlukan diskusi dan arahan dari orang tua.
Gunakan fitur kontrol orang tua (parental control) untuk menyaring konten yang aman.
Tonton bersama anak, lalu ajak berdiskusi. Tanyakan apa yang mereka pahami dari tayangan tersebut dan luruskan jika ada hal yang kurang sesuai.
Tetapkan zona bebas layar, seperti saat makan, sebelum tidur, dan saat waktu berkumpul keluarga untuk mendorong interaksi langsung.
Orang tua sebagai teladan – Batasi waktu menonton pribadi agar anak meniru kebiasaan positif.
“Yang paling penting bukan hanya apa yang ditonton, tapi bagaimana dan dengan siapa anak menontonnya,” tegas Ratih.
Dengan pendekatan yang tepat, televisi dapat menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan mempererat hubungan antara anak dan orang tua, bukan sekadar hiburan pasif. (*)