Eks Dirut Ungkap Masalah Internal PT PAL Di Sidang Korupsi Rp105 Miliar
Suasana sidang yang menjerat eks Dirut PT PAL.-Qudsiah Ainun Nisa/Jambi Independent-Jambi Independent
Jambi – Sidang lanjutan kasus dugaan korupsi kredit investasi dan modal kerja senilai Rp105 miliar yang melibatkan PT Prosympac Agro Lestari (PAL) dan sejumlah bank Himbara kembali digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jambi, Senin (6/10/2025).
Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan saksi kunci, Martinus H, yang merupakan mantan Direktur Utama PT Prosympac dan mantan Direktur Operasional PT PAL pada tahun 2018.
Saksi dihadirkan untuk memberikan keterangan terhadap dua terdakwa, yakni Viktor Gunawan dan Rais Gunawan.
Dalam persidangan, Martinus mengungkapkan bahwa PT Prosympac berdiri pada 2012 dengan tujuan membangun kerja sama pengelolaan kelapa sawit bersama PT PAL, yang memiliki pabrik pengolahan sawit di Jambi.
BACA JUGA:Diza: Harus Sejalan dengan Kemajuan Zaman
BACA JUGA:Waspada Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang
Ia menyebutkan bahwa kerja sama itu dimulai saat PT Prosympac mengirim tandan buah segar (TBS) ke PT PAL pada tahun 2013.
Martinus menjelaskan awal pertemuan bisnisnya terjadi di sebuah mal di Kota Medan, saat ia bertemu dengan jajaran pimpinan PT PAL, termasuk terdakwa Wendy Haryanto dan Arief.
“Pemegang saham utama PT PAL adalah Pak Wendy, sisanya dimiliki Pak Arief,” ujarnya.
Martinus mengaku keluar dari PT Prosympac pada tahun 2015 dan sempat bergabung kembali ke PT PAL pada Maret hingga Desember 2018 sebagai direktur operasional.
Ia diminta kembali untuk membantu menstabilkan operasional perusahaan, setelah pada 2017 pabrik PT PAL mengalami penurunan kinerja akibat rendahnya produksi kelapa sawit.
“Produksi ideal seharusnya sekitar 450 ton per hari, namun tidak tercapai. Saya mengetahui kondisi ini setelah bertemu beberapa orang internal PT PAL, seperti Pak Mahfud dan Pak Oneng,” jelasnya.
Martinus juga menyampaikan bahwa sempat dilakukan survei lapangan untuk melihat kondisi kerja sama PT PAL dengan para petani sawit. Hasilnya menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan petani terhadap perusahaan, bahkan sempat terjadi aksi demonstrasi.
“Kami berupaya membangun kembali kepercayaan petani,” katanya.