Depan Belakang
Disway--
''Pilih yang mana?''
Saya diminta masuk ke dalam counter check in: agar bisa melihat layar komputer di meja petugas. Ada denah susunan kursi di layar itu. Banyak kursi sudah terisi.
Saya memang telat check in. Tidak ada lagi dua kursi kosong yang bersebelahan. Saya harus duduk terpisah dari istri. Sedih.
Padahal maunya meniru Putu Leong: lengket terus seperti prangko.
Gara-gara telat check in.
Yang disebut ''telat'' di zaman sekarang itu sebenarnya masih dua jam dari waktu boarding. Dulu, check in dua jam sebelum boarding itu disebut early check in. Sekarang dikategorikan telat. Yang disebut ''tidak telat'' adalah check in online: bisa 12 jam sebelumnya. Bisa pilih tempat duduk prangko.
Mengapa saya tidak bisa check in online?
Itu gara-gara nama saya tidak sama. Antara yang di visa dan di paspor. Itu tidak bisa diterima di sistem komputer check in online. Saya tegur teman saya yang mengurus check in online: kenapa tidak dijelaskan ke komputer itu. Bahkan kenapa tidak didebat: beda nama itu bukan salah saya.
''He he komputer tidak bisa didebat, Pak Boss,'' jawabnyi lantas senyum-senyum.
''Jangan panggil saya Pak Boss lagi. Saya sudah bukan bos,'' tegur saya.
Pun nama istri saya. Ada tambahan kata ketiga. Di visa nama saya jadi Dahlan Iskan Mochamad. Istri saya jadi Nafsiah Sabri Shahdan.
Saya sempat sewot dengan tambahan itu. Pura-pura. Kenapa tidak minta izin saya dulu. Tiba-tiba saja berubah: sejak umrah tahun kapan itu. Kata mereka: nama harus tiga kata. Oke. Tapi kalau pun begitu saya akan pilih Dahlan Iskan bin Iskan.
Pun istri saya. Kenapa nama ketiganya tidak pakai kata Dahlan: Nafsiah Sabri Dahlan. Dia kan istri saya. Lalu saya bentak istri saya, dalam hati: hayo, siapa ini Shahdan. Anda pernah kawin sebelum dengan saya ya?