Jam Belajar Siswa Dibagi 3 Shift

BELAJAR: SDN 219/IV harus membagi siswa menjadi tiga shift, lantaran kekurangan ruang kelas.--

JAMBI - Sekolah Dasar Negeri 2019/IV Kota Jambi, yang berlokasi di Jalan Pattimura II, kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, belajar dengan sistem shift. Siswa harus bergantian menggunakan ruang belajar, dalam tiga shift. Pasalnya, sudah bertahun-tahun lamanya, sekolah tersebut tidak mendapatkan bantuan untuk pembangunan ruang kelas baru.

Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semengat orangtua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Hal itu juga tidak menyulutkan semangat dan minat belajar siswa dalam menuntut ilmu.

Wakil Kepala SDN 219/IV, Maulidarni saat dikonfirmasi di ruangan guru pada Rabu (15/11) pagi mengatakan, sudah beberapa kali anggota dewan mendokumentasikan kondisi sekolah tersebut. Namun hingga sekarang belum ada yang direalisasikan.

“Kondisi ini sudah lama dialami siswa sekolah kami, tapi hingga kini belum ada perhatian dari pemerintah. Sudah ada beberapa kali anggota dewan datang, namun hanya sebatas survey dan pengambilan foto. Belum ada tindak lanjutnya. Ya semoga dengan datangnya wartawan, dapat menyentuh hati pemimpin-pemimpin di pemerintah pusat maupun daerah,” harapnya.

BACA JUGA:Kurir 1 Kg Sabu Mengaku Diupah Rp 25 juta

Hal tersebut dikarenakan ruang kelas yang tersedia hanya delapan kelas. Sedangkan setiap tingkatan kelas dibagi menjadi tiga rombongan belajar. Artinya terdapat 18 kelas yang dibutuhkan, agar semua siswa dapat belajar sebagaimana mestinya atau satu shift jam masuk sekolah. Dalam mengatasi kekurangan ruangan kelas tersebut, Kepala SDN 219/IV Kota Jambi terpaksa menerapkan sistem belajar bergantian.

“Iya kami ada tiga shift. Shift pagi, masuk pukul 7.00 sampai 10.00 untuk kelas 1, kelas 5 dan 6 pukul 7.00 sampai pukul 13.00. Kemudian kelas 2 masuk pukul 10.00 pulang 13.00, kelas 3, 4, dan ada satu kelas 5 yang shift siang, masuk pukul 13.00 pulang pukul 17.00.

Kegiatan belajar mengajar secara bergantian ini sudah mulai diterapkan sejak sekitar tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan jumlah siswa baru yang membludak di setiap tahunnya. Walaupun demikian, baik pemerintah pusat maupun daerah belum ada kepedulian yang terealisasi terhadap kondisi siswa di sekolah tersebut.

Sekolah tersebut masih tetap eksis hingga saat ini berkat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat dan orangtua siswa. (cr02/enn)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan