Ekonomi RI Tetap Resilien, Di Tengah Ketidakpastian Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Berdasarkan data Kementerian Keuangan hingga 31 Maret 2024, posisi APBN mengalami surplus sebesar Rp8,1 triliun atau 0,04 p-ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S) -Jambi Independent

Menguatnya kinerja ekonomi AS diikuti dengan laju inflasi yang masih tinggi pada beberapa bulan terakhir telah mendorong potensi penundaan dimulainya pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed.

"Kebijakan moneter AS yang cenderung mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, higher for longer, serta tingginya yield dari US Treasury telah menyebabkan terjadinya arus modal portfolio keluar dari negara-negara berkembang dan emerging pindah untuk ke AS. Ini menyebabkan penguatan mata uang US Dollar dan melemahnya nilai tukar berbagai mata uang dari berbagai negara," jelas Menkeu.

BACA JUGA:Presiden Jokowi Optimis Timnas Indonesia U-23 Bisa Kalahkan Guinea

BACA JUGA:Pengurus KS Bara Tersangka, Diduga Provokasi Perusakan Kantor Gubernur Jambi

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China juga diperkirakan melambat dari 5,2 persen (yoy) pada tahun 2023 menjadi 4,6 persen di tahun 2024.

Menurut Sri Mulyani, pada April 2024, dinamika ekonomi keuangan global mengalami perubahan sangat cepat dengan kecenderungan ke arah negatif akibat eskalasi perang di Timur Tengah.

“Ke depan, resiko terkait potensi penundaan pemangkasan Fed Fund Rate, tingginya yield US Treasury dan penguatan US Dollar, serta eskalasi dari ketegangan geopolitik global akan terus dicermati,” pungkasnya. (Antara)

Tag
Share