Si Anak Cahaya, Novel Serial Anak Nusantara Karya Tere Liye
Si Anak Cahaya novel karya Tere Liye-Jambi Independent-Nurdiana Wanti
JAMBIKORAN.COM - Setelah adanya novel serial anak-anak mamak, yang juga termasuk ke dalam serial anak Nusantara. Tere Liye juga membuat novel yang berjudul Si Anak Cahaya.
Novel ini sangat berhubungan dengan serial anak-anak mamak sebelumnya, yang berjudul Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, Si Anak Pemberani, dan Si Anak Kuat.
Nah, novel Si Anak Cahaya ini menceritakan kisah masa kecil Mamak mereka, yang bernama Nurmas.
Masa kecil Nurmas di desa, dimulai ketika ia masih kelas 5 SD. Tahun awal-awal kemerdekaan. Nurmas sebagai anak pertama, bahkan memiliki keinginan untuk menjadi TNI. Ketika beberapa tentara datang ke desanya, untuk menyeleksi pemuda atau bahkan pemudi di desanya, yang sesuai kriteria dan syarat untuk menjadi abdi negara.
BACA JUGA:Si Anak Savana, Novel Tere Liye dengan Banyak Plot Twist
BACA JUGA:Suzanne Collins Umumkan Novel Baru 'Sunrise on the Reaping' dalam Seri 'Hunger Games'
Meski perempuan, Nurmas tak malu untuk membantu orang tuanya, bahkan jika dia harus ke kota kecamatan sendirian. Suatu hari Bapaknya sakit, Mamak tidak bisa ke kota menemui Mentri, karena masih hamil besar.
Dengan keberaniannya, Nurmas pergi sendirian menemui Mentri, meminta obat untuk Bapaknya. Karena Bapak tidak bisa ikut ke kota kecamatan, tidak sanggup jalan. Ia ke kota menaiki gerobak kerbau.
Anak perempuan sekecil Nurmas, banyak sekali yang ia lakukan untuk kedua orang tuanya. Ketika ia dimintai orang tuanya berjualan ikan asin di pasar mingguan. Nurmas tidak pernah mengeluh atau bahkan membantah perintah orang tuanya.
Ia berjalan ke pasar untuk menjual ikan asin, meski terkadang bertemu teman-temannya yang sedang ke pasar juga, namun tidak untuk berjualan.
BACA JUGA:Komet Minor, Novel Ketujuh Tere Liye Series Bumi dengan Ending yang Menegangkan dan Memuskan!
BACA JUGA:Komet, Novel Tere Liye Keenam Series Bumi dengan Alur yang Menegangkan
Ketika selesai menjual ikan asin, Mamak menyuruhnya untuk langsung membelikan bahan dapur selama seminggu. Namun naas, malang tak dapat dielak. Uang hasil jualan ikan asin hilang.
Nurmas panik bukan main, ketika sampai rumah. Ia menceritakan uangnya yang hilang. Bapak dan Mamak tidak marah dan tidak banyak bicara. Karena hak tersebut, mereka makan seadanya. Terlebih lagi, garam dapur habis. Hari-hari itu Mamak dan Bapak menjadi pekerja buruh di pasar. Hanya sehari saja, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebelum panen atau menjual hasil ladang.