90% Kasus Baru TBC Ditemukan, Berkat Pandemi Covid-19
Ilustrsi Paru-paru-jambi independent -
Ternyata ada kesamaan antara penyakit Tuberkulosis ( TBC ) dan Covid-19 .
Salah satunya yaitu bisa ditemukan jika ada deteksi dini.
Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada tahun 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023 di kutip dari data Kementerian Kesehatan.
Jumlah ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi yang rata-rata penemuannya dibawah 600.000 per tahun.
Deteksi TBC mirip dengan deteksi Covid-19, yakni jika tidak dites, dideteksi, dan dilaporkan maka angkanya terlihat rendah sehingga terjadi under pelaporan, yang mengakibatkan pengidap TBC tersebar dan berpotensi menularkan karena tidak diobati.
“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45% dari estimasi kasus TBC jadi masih banyak kasus yang belum ditemukan atau juga belum dilaporkan,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi di Jakarta.
BACA JUGA:Tips Kurangi Resiko Penyakit TBC
BACA JUGA:Muncul Berbagai Penyakit Pasca Banjir, Pemkot Jambi Beri Layanan Kesehatan Gratis
Jika lebih banyak lagi yang terdeteksi maka potensi pengidap dapat dibudidayakan akan meningkat dan daya tular dapat ditekan.
Sebagai upaya perbaikan, ujarnya, Kementerian Kesehatan melakukan perbaikan sistem deteksi dan pelaporan agar data menjadi real time.
Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.
“Hasilnya, dari 60% kasus yang tadinya tidak ditemukan, saat ini hanya 32% kasus yang belum ditemukan. Oleh sebab itu, laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik karena menemukan lebih banyak sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO,” ujar Imran.
90% Kasus Baru Ditemukan
Kementerian Kesehatan berhasil menemukan 90% kasus baru.