Sejak ditangani Johannis Winar yang akrab disapa Coach Ahang, Pelita Jaya mendapatkan sembilan kemenangan beruntun di liga. Jika ditambah dengan jumlah kemenangan beruntun sebelumnya yaitu tiga laga menang, maka PJ sudah menang 12 pertandingan berturut-turut.
BACA JUGA:Tiga Orang Positif Narkoba, Polisi Amankan 5 Orang Penghuni Kos
BACA JUGA:Polisi Tetapkan Dosen IAI Tebo Sebagai Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Dana Desa
Pelita Jaya sekarang mengoleksi 14 kemenangan dari 15 laga. Terakhir kali mereka kalah yaitu pada 20 Januari lalu dari Satria Muda Pertamina Jakarta dengan skor 77-100. Ini memberi bukti bahwa pergeseran pelatih di Pelita Jaya membuahkan hasil yang bagus.
Setelah lama tidak terdengar isu tentang pergantian pelatih, tiba-tiba di bulan Mei 2024, dua tim sekaligus melakukan pergantian.
Adalah Amartha Hangtuah Jakarta memutuskan untuk mengganti Andika Supriadi Saputra, yang membawa timnya 6 kali menang dan menderita 9 kekalahan (6-9) hingga pekan ke-11.
Hangtuah masih terseok-seok di papan tengah klasemen sementara IBL 2024, karena belum bisa konsisten dalam setiap laga. Padahal mereka memiliki target bisa menembus babak playoff IBL 2024.
BACA JUGA:Cek Kelengkapan Personel, Kapolsek Muarasabak Timur Antisipasi Pelangaran
BACA JUGA:Anggota PPK Diminta Jaga Integritas
Andika Supriadi Saputra masuk kembali ke Hangtuah sejak awal musim, setelah sebelumnya pernah menangani tim ini. Awalnya manajemen berharap dia bisa mengembalikan performa Hangtuah lebih baik lagi, sepeninggalan Antonius Ferry Rinaldo. Namun ternyata, Hangtuah masih kesulitan dalam persaingan liga yang semakin sengit.
Hangtuah bahkan sudah melakukan pergantian pemain asing, namun performa mereka tak kunjung membaik. Manajemen akhirnya menunjuk asisten pelatih Yohanes Kristian sebagai kepala pelatih ad interim atau sementara, sambal menunggu pelatih baru yang bisa direkrut untuk mengisi kursi paling panas di tim tersebut.
Menyusul pengumuman Hangtuah, ada pula keputusan manajemen Satria Muda Pertamina Jakarta yang melepas Manuel Pena Garces. Keputusan tersebut sama seperti Hangtuah, di mana Satria Muda punya performa yang buruk dengan hanya menang 9 kali dari 15 pertandingan.
Bagi tim sekelas Satria Muda yang memiliki komposisi pemain juara liga, pemain berkualitas dari Timnas Basket Indonesia, serta didukung pemain asing berkualitas, 9 kemenangan dari 15 laga bukan hasil yang bagus.
BACA JUGA:Harga Hewan Kurban Alami Kenaikan
BACA JUGA:Satpol PP Bungo Tertibkan 8 Anak Punk, Meresahkan Masyarakat
Ditambah lagi, mereka juga sempat kalah dari Satya Wacana Salatiga, yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah liga profesional Indonesia. Jelas saja manajemen kecewa dengan kepemimpinan Manu Garces.