ANKARA - China mendesak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk berhenti "menyebarkan narasi palsu" dan "fitnah nuklir".
Hal tersebut sebagai tanggapan di tengah negara anggota sekutu NATO yang sedang bersiap-siap untuk mengatasi ancaman "yang meningkat" dari Beijing dan Moskow.
"Kami meminta NATO untuk berhenti menyebarkan narasi palsu, hentikan fitnah nuklir dan pemaksaan serta berhenti mengambil jalan yang salah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Senior Wu Qian pada konferensi pers di Beijing.
Wu mengomentari laporan yang mengutip Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg -- yang baru saja digantikan oleh PM Belanda Mark Rutte -- yang mengatakan aliansi tersebut sedang membicarakan untuk mengeluarkan rudal dari penyimpanan dan menyiapkannya untuk menghadapi ancaman yang semakin besar dari China dan Rusia.
BACA JUGA:Bakamla Geledah 3 Kapal Tambang Pasir Ilegal Di Perairan Karimun
BACA JUGA:Mendag Usulkan HET MinyaKita Jadi Rp15.700 Per Liter
Stoltenberg dilaporkan menuduh China melakukan investasi besar-besaran pada persenjataan modern, termasuk senjata nuklir.
Lebih lanjut Wu mengatakan bahwa NATO membesar-besarkan “ancaman nuklir China” yang tidak ada dan mengabaikan fakta, yang ditentang keras oleh Beijing.
Dia berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, NATO telah “terus-menerus” meningkatkan peran senjata nuklir dalam kebijakan keamanan kolektifnya, memperkuat pengaturan “berbagi nuklir” dan meningkatkan senjata nuklir yang digunakan oleh Amerika Serikat di negara-negara NATO.
“Perilaku seperti itu meningkatkan risiko perlombaan dan konflik senjata nuklir, dan tentunya akan ditentang keras oleh masyarakat internasional,” tambah Wu. (*)