JAMBIKORAN.COM - Psikiater Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi dr.Lahargo Kembaren, SpKJ menerangkan penyebab seseorang mudah melakukan kekerasan atau agresif.
"Perilaku kekerasan ini dapat memberikan konsekuensi buruk bagi kehidupan orang lain, kehidupannya, dan nehidupan keluarganya", menurutnya.
"Perilaku kekerasan/agresivitas adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi di dalam otak," jelas dr. Lahargo dikutip dari disway.id, 2 Agustus 2024.
Ia menerangkan , terdapat proses neurobiologi pada otak yang menyebabkan suatu perilaku kekerasan terjadi.
BACA JUGA:Psikolog Ungkap Penyebab Anak Autis, Bukan Karena Minum Air Galon
BACA JUGA:Pegi Setiawan Akan Jalani Tes Psikologi, Kuasa Hukum Keberatan, Ini Alasannya
"Ada dua bagian penting otak yang berperan, yaitu top down dan bottom up," ujarnya.
Top down atau area prefrontal cortex merupakan bagian otak sebelah depan yang berfungsi sebagai pembuat keputusan, kontrol diri, pikiran rasional, logis, dan pertimbangan.
Sementara bottom up merupakan bagian otak tengah, yaitu amigdala, yang dikenal sebagai pusat emosi atau perasaan.
"Di dalam area otak ini terdapat struktur, sirkuit saraf, neurotransmiter (zat kimia di otak), dan proses fisiologisnya."
BACA JUGA:Beri Pendampingan Psikologi Korban, Polisi Buru Pelaku Tersangka Rudapaksa Pelajar Sarolangun
BACA JUGA:Ini Dia 7 Dampak Bullying Bagi Psikologis Korban yang Wajib Diketahui
Lebih lanjut, diungkapkannya bahwa kegagalan maturitas dan kerusakan pada sirkuit saraf di otak ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada dua area otak tersebut.
“Bagian otak prefrontal cortex gagal menjalankan fungsi mengontrol perilaku dan mengontrol diri. Bagian otak amigdala menjadi hiperresponsif sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosi,” cetusnya.
Hal inilah yang berakhir pada terjadinya perilaku kekerasan atau agresivitas.