JAMBIKORAN.COM - Sebuah penelitian baru mengatakan sekitar 400 juta orang di seluruh dunia sedang menderita COVID-19 jangka panjang.
Perkiraan biaya ekonomi, dari berbagai faktor seperti layanan perawatan kesehatan dan pasien yang tidak dapat kembali bekerja, adalah sekitar satu triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.952) secara global setiap tahunnya, atau sekitar satu persen dari ekonomi global, sebut penelitian yang diterbitkan pada Jumat, 9 Agustus di jurnal Nature Medicine.
Penelitian ini merupakan upaya untuk merangkum pengetahuan tentang dan dampak dari COVID-19 jangka panjang di seluruh dunia empat tahun setelah penyakit tersebut pertama kali muncul.
BACA JUGA:Seorang Pria Terlibat Perkelahian dengan Sekelompok Tukang Parkir
BACA JUGA:Tewaskan Pengedara Motror, Sopir Fuso Diburu Polisi
Penelitian ini juga bertujuan untuk "memetakan kebijakan dan prioritas penelitian," kata Ziyad Al-Aly, salah satu peneliti yang juga kepala penelitian dan pengembangan di V.A. St. Louis Health Care System sekaligus epidemiolog klinis di Universitas Washington di St. Louis.
Al-Aly menulis naskah penelitian (paper) tersebut bersama sejumlah peneliti COVID-19 jangka panjang terkemuka lainnya dan tiga pemimpin Patient-Led Research Collaborative, sebuah organisasi yang dibentuk oleh para pasien COVID-19 jangka panjang yang juga merupakan peneliti profesional.
Kesimpulan lainnya dari penelitian ini mencakup bahwa sekitar enam persen orang dewasa di seluruh dunia telah menderita COVID-19 jangka panjang; banyak yang belum pulih sepenuhnya dan pengobatan tetap menjadi salah satu tantangan terbesar. (*)