BAGAIMANA cara menyikapi perkembangan yang terjadi di tubuh Golkar yang begitu dahsyat sekarang ini?
Pilihan 1: Prihatin.
Ini adalah pilihan di kalangan masyarakat yang menjunjung tinggi moralitas. Mereka prihatin bagaimana moralitas politik tercampakkan begitu nyata.
Pilihan 2: Cuek.
BACA JUGA:Pemberdayaan Masyarakat Strategi Atasi Kemiskinan Ekstrem
BACA JUGA:Begini Penjelasan Dinkes Kota Jambi, Soal Meninggalnya Bayi Diduga Setelah Mendapatkan Imunisasi
Ini adalah peristiwa di dalam internal Golkar. Tidak semua orang terlibat di Golkar. Sebagian besar kita bukan Golkar. Maka mayoritas merasa tidak terpanggil untuk menegakkan moralitas di rumah tangga orang lain.
Pilihan 3: Apatis.
Politik ya begitu. Sudah biasa. Hoping ciak kuping. Saling serobot kursi. Serobot suara. Jegal-menjegal. Tipu menipu. Etika? Gombal. Partai yang paling ideologis pun membuat Anies Baswedan limbung. Apalagi partai yang memang sudah terbiasa pragmatis.
Pilihan 4: Iri-Dengki.
BACA JUGA:Gregoria Mariska Tunjung Kembali Bidik Gelar Juara Usai Raih Perunggu di Olimpiade Paris
BACA JUGA:Fajar/Rian Bertekad Pulihkan Kepercayaan Diri di Japan Open 2024
Ini pilihan orang yang kalah. Tersisih. Golongan ini merasa terlibat dalam pertarungan tapi kalah. Bisa kalah karena kurang nekat, kurang menjilat, kurang sogok, kurang edan, dan kurang uang. Jumlahnya tidak banyak tapi terbaca. Apa pun alasannya, yang jelas mereka kalah dalam pertarungan.
Pilihan 5: Wait and See.
Ini datang dari kelompok yang bukan aliran optimistis tapi masih memiliki sedikit hope. Mereka percaya Gusti Allah mboten sare. Tuhan tidak tidur. Siapa tahu masih akan lahir kebaikan.