BACA JUGA:Soroti Kebocoran Solar Subsidi di Jambi, Syarif Fasha Ungkap Banyak Hal pada RDP Bersama BPH Migas
Buku Cerita Ibunda ini berisi 50 bab. Tiap bab tidak ada yang lebih satu halaman. Bahkan banyak bab yang hanya berisi beberapa baris. Lalu disertai foto atau komik. Total 120 halaman.
Membaca buku ini perasaan saya campur aduk –terutama karena ditinggal ibu saat masih SD dan manja-manjanya.
Kadang air mata berlinang saat melihat Kokkang menggendong sang ibu. Atau saat menyuapi. Dulu tentu sang ibu yang menyuapi Kokkang.
Kadang saya membaca satu bab sampai tiga kali.
Sebenarnya buku ini sangat lucu. Pasti ditulis dengan selera humornya yang tinggi. Maka terharu dan tertawa sering datang bergantian.
Mayoritas babnya ditulis dalam bentuk dialog. Misalnya bab pertama yang berjudul 'Sarapan' ini:
Makan pagi, ibu sedang kusuapi.
Ibu: makan apa ini?
Aku: tahu dan ayam, nasinya hangat.
Ibu: ayam opo? (Ayam apa?)
Aku: kiriman Kolonel Sanders.
Ibu: sopo iku (siapa itu?)
Aku: komandan upacara bendera di kecamatan, Bu.
Ibu: oh...
Dan makan ibu pun jadi banyak.
(Saya bahagia melihat ibu makan banyak, sebahagia memenangkan Olimpiade panjat pinang).
Sependek dan semenarik itu satu bab di buku ini. Kokkang selalu menemukan cara agar ibunya mau makan. Juga agar mau keramas. Misalnya di bab berjudul Keramas ini:
Waktunya mandi pagi. Ibu sudah tiga hari tidak mau keramas. Rabutnya sudah bau. Harus menemukan cara agar ibu mau keramas.
Aku: Bu, mau nggak pagi ini jadi duta shampoo yang lain lagi.
Ibu: opo iku (apa itu?)
Aku: ibu keramas dengan shampoo merek ini nanti dapat duit, bisa untuk membeli daster.
Ibu: mosok (benar begitu?)
Aku: iya. Daster ibu kan sudah banyak yang amoh (lusuh berlubang).
Ibu: iyo.
Aku: makanya ibu keramas, nanti dapat uang dari iklan shampo bisa untuk beli daster yang banyak, baru semua.
Ibu: yo wis, ayo, aku dikeramasi.
Setiap kali menemukan cara merayu seperti itu Kokkang berdoa: semoga malaikat tidak mencatat kata-katanya itu sebagai kebohongan.
Tiga jam saya selesaikan buku itu. Lewat Roy, saya pun mencari nomor teleponnya. Lalu mengirim banyak WA padanya. Termasuk minta izin mengutip beberapa isi buku untuk tulisan ini.
Barulah saya mengelilingi lounge business class bandara Istanbul ini. Begitu luasnya.