"Saya sudah cerai. Sudah lama".
"Oh....".
"Itu salah saya sendiri. Saya kerja siang malam. Pagi di perusahaan iklan. Malam di Jawa Pos. Istri kecantol orang..."
Lama Kokkang menunduk. "Saya sudah berusaha melupakan. Itu salah saya sendiri...".
Waktu kawin itu Kokkang masih hidup di rumah kontrakan. Ia ingin cepat-cepat bisa membelikan rumah untuk istri. Karena itu ia kerja siang dan malam.
Lalu tidak ada lagi yang diharap di Surabaya. Pekerjaan sudah dilepas. Istri sudah diambil orang. Sedang ibunda sudah tua dan sakit-sakitan. Maka Kokkang akan terus di Kaliwungu merawat ibunya.
Belum ada rencana kerja lagi?
"Belum tahu mau kerja apa," jawabnya.
Ia berusaha menghubungi rumah sakit jiwa agar mau menyelenggarakan acara menggambar untuk pasiennya. Belum ada tanggapan.
Menurut rencana Kokkang akan mengajak pasien RS Jiwa untuk menggambar lingkaran. Kalau sudah bisa baru ditambah gambar mata.
BACA JUGA:DPRD Tanjab Timur Gelar Rapat Paripurna
BACA JUGA:Serapan Anggaran Mendekati 80 Persen, Jelang Akhir Tahun di Muaro Jambi
"Belum tentu semua pasien bisa menggambar lingkaran. Sering ujung garisnya tidak ketemu," ujarnya.
Maka saya pun ingin para perusuh Disway yang akan berkumpul bulan depan dicoba juga agar menggambar lingkaran. Saya ingin tahu berapa orang yang ujung garisnya tidak ketemu.
Kokkang juga sudah menghubungi rumah sakit untuk mau mengadakan pameran kartun. Agar pasien dan keluarganya terhibur. Belum ada tanggapan juga.
Kokkang berumur 51 tahun. Tapi wajah dan penampilannya terlihat lebih muda dari umurnya.
Kartunis tentu kaya dengan selera humor. Mungkin itu yang membuatnya awet muda. Toh, bagi orang seperti Kokkang, hidup hanya ibarat mampir guyon.(Dahlan Iskan)