Meskipun penyebab pasti kerusakan belum dapat dipastikan, Agustiawan mencurigai bahwa erosi air atau faktor tanah yang tidak stabil menjadi penyebab utama.
Pihak PUPR bersama konsultan teknis masih melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti kerusakan tersebut. Jembatan Sari Bakti, yang dibangun pada tahun 2006, telah menjadi jalur vital bagi warga sekitar.
Namun, usia jembatan yang semakin tua ditambah faktor cuaca dan kondisi tanah yang tidak stabil menyebabkan kerusakan signifikan.
Kerusakan ini juga diperburuk oleh aktivitas kendaraan berat yang melintas di jembatan tersebut. Agustiawan mengimbau masyarakat untuk tetap mengikuti instruksi dan menggunakan jalan alternatif yang telah disediakan demi menghindari potensi kecelakaan.
“Kami berharap masyarakat dapat memahami situasi darurat ini dan tetap mengikuti rambu-rambu peringatan yang ada. Keselamatan warga adalah prioritas utama kami,” ujar Agustiawan.(zen)