Harga Karet Anjlok Usai Lebaran, Petani di Jujuhan Terpukul

Selasa 08 Apr 2025 - 17:36 WIB
Reporter : Siti Halimah
Editor : Finarman

MUARABUNGO – Petani karet di Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, kembali menghadapi masa sulit usai Lebaran Idul fitri 2025. Harga karet yang sempat menyentuh Rp15.000 per kilogram pada awal Ramadan, kini anjlok tajam menjadi hanya Rp10.000 per kilogram di tingkat petani.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan petani yang telah bergantung pada komoditas karet secara turun-temurun. Karet telah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Jujuhan selama puluhan tahun, namun harga yang terus fluktuatif menjadi tantangan berat yang harus mereka hadapi.

Munandar, salah satu pembeli karet di daerah tersebut, membenarkan bahwa harga karet mengalami penurunan drastis pasca Lebaran. "Betul bang, harga karet sangat anjlok sekali habis lebaran ini. Hanya Rp10 ribu sanggup kami beli dari petani, bahkan bisa terjadi lagi penurunan harga akibat kebijakan dari negara luar," ungkap Munandar.

Ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi petani. “Kami sangat berharap kemarin harga karet bisa naik lagi, tau-tau malah turun drastis sekali. Kasihan kita pada petani,” tambahnya.

BACA JUGA:Update Harga Emas Hari Ini Selasa 8 April 2025 , Antam-Galeri24 Merosot, UBS Turun Tipis

BACA JUGA:Jadi Citra Buruk! Walikota Maulana Kritik Perumda Air Minum Tirta Mayang, Air Mati Saat Lebaran

Penurunan harga ini tentu berdampak langsung pada penghasilan petani, terutama mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan lain selain dari menjual karet. Biaya operasional menyadap dan merawat kebun karet pun kian sulit ditutupi dengan harga jual yang rendah.

Beberapa petani mengaku mulai mempertimbangkan beralih ke komoditas lain atau mencari pekerjaan tambahan demi menyambung hidup. Namun, keterbatasan akses modal dan keterampilan membuat langkah itu tidak mudah dilakukan.

Pemerintah daerah diharapkan bisa hadir memberi solusi nyata, baik dengan menstabilkan harga, mencarikan pasar alternatif, maupun memberikan pelatihan serta bantuan bagi petani untuk meningkatkan kualitas dan daya tawar hasil karet mereka.

Situasi ini menunjukkan betapa rentannya kehidupan petani di tengah ketidakpastian pasar global. Tanpa perhatian serius, bukan tidak mungkin komoditas karet yang telah menjadi warisan turun-temurun ini akan ditinggalkan. (mai/ira) 

 

Kategori :