Alasan Lebih Nyaman Curhat di Media Sosial

Minggu 27 Apr 2025 - 21:23 WIB
Reporter : Rizal Zebua
Editor : Rizal Zebua

Di zaman serba digital, banyak orang memilih menuangkan perasaannya lewat media sosial. Fenomena itu terasa janggal. Karena secara logika, berbicara dengan orang terdekat seharusnya lebih aman dan menenangkan.

Namun, kenyataannya banyak yang justru merasa lega setelah membuat Story, tweet, atau unggahan panjang sebagai "curhat halus" ke publik.

Salah satu alasan utama adalah adanya kendali atas apa yang ingin dibagikan. Serta bagaimana cara menyampaikannya.

Di media sosial, kita bisa mengatur kata-kata, memilih foto, menyunting cerita, bahkan menghapus unggahan jika dirasa terlalu pribadi.

BACA JUGA:Mengenal Wellness Tourism yang Semakin Diminati

BACA JUGA:Hilangkan Bekas Jerawat Dengan Menggunakan 3 Masker Alami

Proses itu memberi rasa aman. Karena kita bisa memfilter emosi. Tanpa harus menerima respons langsung yang kadang justru membuat tidak nyaman.

Selain itu, media sosial memungkinkan kita untuk bercerita secara bebas. Tanpa kewajiban mendengarkan balasan yang panjang atau nasihat yang tidak diminta.

Teman dekat sering kali memberikan tanggapan dengan niat baik. Tapi bisa terasa menghakimi atau membuat kita merasa bersalah.

Di sisi lain, keterbukaan kepada teman dekat membawa risiko yang tidak dimiliki oleh media sosial. Cerita yang dibagikan secara langsung bisa memengaruhi dinamika hubungan.

Ada rasa takut dianggap lemah, merepotkan, atau terlalu dramatis. Apalagi jika cerita itu menyangkut masalah yang berulang atau menyentuh aspek pribadi 

Tak bisa dimungkiri, media sosial juga memberi rasa kebebasan tanpa beban sosial. Kita tidak harus menjaga mimik wajah, menahan tangis, atau memikirkan apakah lawan bicara merasa tidak nyaman.

Semua disampaikan lewat layar. Di waktu yang kita pilih sendiri, tanpa harus menghadapi tatapan atau reaksi yang sulit dihadapi.

Kondisi itu juga dipengaruhi oleh perubahan cara kita membangun kedekatan dalam era digital. Banyak hubungan saat ini terbentuk dan dipelihara secara daring.

Sehingga batas antara teman dunia maya dan teman nyata menjadi kabur. Dalam konteks tersebut, bercerita di media sosial terasa cukup sebagai bentuk interaksi emosional.

Kategori :