Cegah Anak Jadi Korban Cyberbullying, Ini 7 Langkah Penting yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Dampak cyberbullying tidak terlihat kasat mata namun bisa meninggalkan luka psikologis, hal ini dapat terjadi dalam bentuk komentar menyakitkan, pesan langsung bernada kasar, atau unggahan yang sengaja menjatuhkan mental korban.--
JAMBIKORAN.COM - Di era digital saat ini, anak-anak tumbuh dalam lingkungan virtual yang tak jarang membentuk identitas mereka lebih cepat dari realita di dunia nyata.
Media sosial bukan lagi sekadar tempat hiburan, melainkan ruang interaksi yang bisa berdampak besar terhadap kondisi emosional anak.
Salah satu risiko paling serius adalah cyberbullying, yang dapat terjadi dalam bentuk komentar menyakitkan, pesan langsung bernada kasar, atau unggahan yang sengaja menjatuhkan mental korban.
Berbeda dengan perundungan fisik, dampak cyberbullying sering tidak terlihat kasat mata namun bisa meninggalkan luka psikologis yang mendalam.
BACA JUGA:Dietisien RSCM: Air Kelapa dan Makanan Mudah Cerna Efektif Redakan Gejala Keracunan Makanan
Karena itu, peran orang tua sangat penting dalam melindungi anak dari potensi kekerasan digital.
Berikut tujuh cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah anak menjadi korban cyberbullying:
1. Tanamkan Literasi Digital Sejak Usia Dini
Anak perlu memahami bahwa dunia digital bukan sekadar tempat bermain, tetapi juga ruang publik yang punya aturan. Ajarkan anak mengenai pentingnya menjaga privasi, mengenali batas antara informasi pribadi dan publik, serta bagaimana cara menghadapi interaksi yang tidak menyenangkan secara online.
BACA JUGA:Seorang Wanita Tertancap Busur Saat Hendak Membeli Bakso
BACA JUGA:Kodim 0419/Tanjab Gelar Bakti Kesehatan dan Sosial dalam Rangka HUT TNI Ke-80
2. Bangun Komunikasi Terbuka dan Setara
Banyak anak memilih diam saat dibully karena takut disalahkan atau tidak dipercaya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua membangun komunikasi yang terbuka dan tidak menghakimi. Jadikan percakapan soal aktivitas digital sebagai bagian dari rutinitas, agar anak merasa nyaman untuk bercerita ketika menghadapi masalah.