Dokter Tegaskan Menjemur Bayi Bukan Solusi untuk Atasi Penyakit Kuning

Selasa 24 Jun 2025 - 07:00 WIB
Reporter : Finarman
Editor : Finarman

JAKARTA – Menjemur bayi di bawah sinar matahari bukanlah metode medis untuk mengobati penyakit kuning pada bayi baru lahir.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan neonatologi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dalam sebuah webinar yang dipantau pada Senin (23/6).

“Perlu ditegaskan, menjemur bayi tidak dapat menyembuhkan penyakit kuning. Bahkan, tidak bisa mencegahnya,” kata dr. Rosalina.

Ia menjelaskan bahwa meskipun sinar matahari memiliki panjang gelombang tertentu yang mampu membantu menembus kulit dan mengurangi kadar bilirubin secara terbatas, efek tersebut bukan bersifat menyembuhkan.

BACA JUGA:Putri Gusdur Kritik Fadli Zon, Karena Sangkal Aksi Pemerkosaan Mei 1998

BACA JUGA:Kaesang Sebut Banyak Tokoh Besar akan Bergabung dengan PSI

Paparan matahari hanyalah sebagai penetrasi cahaya, bukan sebagai terapi.

Menurut dr. Rosalina, bila bayi tetap ingin dijemur, orang tua harus memperhatikan sejumlah faktor penting. Salah satunya adalah berat badan bayi.

Bayi dengan berat di bawah 2.500 gram lebih rentan mengalami hipotermia jika dijemur dalam kondisi tanpa pakaian.

Selain itu, waktu terbaik untuk menjemur bayi adalah sebelum pukul 12 siang. Menjemur di atas jam tersebut justru berisiko karena paparan sinar ultraviolet yang berbahaya.

BACA JUGA:Dua Kali Diteror Bom dalam Seminggu, Pesawat Saudia Airlines Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu

BACA JUGA:400 Dusun Belum Dialiri Listrik, Mayoritas Berada di Sarolangun, Tanjab Barat, dan Tanjab Timur.

Durasi penjemuran juga disarankan tidak lebih dari satu jam agar tidak berdampak negatif pada kesehatan bayi.

“Intinya, semua harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Tapi ingat, menjemur bukan untuk menyembuhkan,” tegasnya.

Lebih lanjut, dr. Rosalina memaparkan bahwa terapi sinar (phototherapy) merupakan metode medis yang telah terbukti efektif dalam mengatasi hiperbilirubinemia,

yaitu kondisi kadar bilirubin tinggi dalam darah bayi yang umum terjadi pada usia 0-28 hari. Terapi ini berawal dari penemuan di Inggris, ketika perbandingan dilakukan antara bayi yang terpapar sinar matahari dari jendela dan yang tidak.

BACA JUGA:Perkuat Transparansi Layanan Publik, Pemkot Jambi Tekankan Komitmen Akuntabilitas

BACA JUGA:Retret Gelombang II Jadi Momen Evaluasi Program MBG

Kondisi kuning pada bayi, terutama yang lahir prematur, bisa berkembang menjadi serius apabila kadar bilirubin melewati sawar otak. Jika tidak ditangani, hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.

“Bilirubin tinggi bisa bersifat akut maupun kronis. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk segera berkonsultasi ke dokter agar anak bisa mendapatkan penanganan yang sesuai,” pungkasnya. (*)

Kategori :