Party atau pesta seringkali berjalan ditemani segelas atau sebotol minuman beralkohol. Namun tidak selamanya bahwasannya party berisiko membuat Anda (mabuk) hangover.
Jika Anda takut ambil risiko saat party, tenang, karena banyak juga orang di luar sana yang sangat peduli dengan kesehatannya. Pada akhirnya party tidak lagi melulu soal alkohol, tapi bisa dengan kopi yang juga dikenal dengan "coffee rave".
Ini adalah tren yang menggantikan alkohol dengan kopi pada pesta. Tren ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara lain. Sesuai Namanya, coffee rave merujuk pada aktivitas party dengan kopi sebagai sajian utamanya.
Dengan diiringi musik reggaeton, house, dan afro-house, tak jarang juga jika aktivitas ini dibarengi dengan olahraga. Party yang biasanya diadakan pada malam hari, kini coffee rave digelar pada pagi atau sore hari. Alih-alih di club, coffee rave justru digelar di cafe.
BACA JUGA:4 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asam Lambung
BACA JUGA:Cara Efektif Atasi Overthinking di Malam Hari
Menilik sejarahnya, gelaran Morning Gloryville di London, UK (pertama kali diadakan pada 2013 silam) diyakini sebagai salah satu gerakan party bebas alkohol. Waktu silih berganti, coffee rave kini juga muncul di sejumlah kota di negara lain seperti Chicago dan Houston (AS), dan juga di Brisbane (Australia).
Tren ini tidak semata-mata muncul untuk variasi lain dari party itu sendiri, beberapa hal yang mendasari dan ikut andil dalam coffee rave yakni kemunculan minat party tanpa hangover, sebab banyak orang yang tidak pernah atau ingin merasakan sensasi pesta, mereka justru bimbang untuk hadir karena takut terlalu mabuk.
Di sisi lain tren ini juga muncul sebagai peningkatan kesadaran akan kesehatan fisik maupun mental. Party yang seringkali digelar di club-club malam, pub atau diskotik juga menjadi alasan utama bagi mereka yang ingin menghindari hal-hal negatif dari party tersebut.
Tak jarang jika aktivitas party ini memakan biaya yang ekstra, aktivitas yang dimulai malam hari hingga menjelang pagi, hingga efek mabuk berlebih yang ditimbulkan.
Relevansi tren ini juga cukup sulit dibantah karena kesuksesan besar di berbagai kota di luar sana. Di Chicago, gelaran coffee rave bernama Cafetón tercatat berhasil mengumpulkan hampir lima ribu partisipan.
Di bagian selatan Amerika, Texas, sebuah cafe dengan nama Matcha Mia telah menggelar coffee rave dengan menu matcha dan
kopi yang meningkatkan pengunjung hingga 2 kali lipat.
Dan di negara tetangga kita, Australia, tepatnya di kota Sydney, gerakan kolektif Maple Social Club menggelar coffee rave dan sukses menghadirkan keramaian hingga 400 orang.
Coffee rave bukan hanya sekadar party, namun juga mencerminkan pergeseran sosial yang lebih permanen menuju gaya hidup yang lebih sadar akan kesehatan mental maupun fisik. Tren ini juga inklusif dan berpusat pada pengalaman komunitas yang dipacu oleh kafein, bukan efek hangover.