1. Atas Nama Cinta (2012) – Tentang cinta yang kalah oleh diskriminasi. https://drive.google.com/file/d/1RpTzplKEbQ_y_7hdrOdML6tiDhU6QZ7r/view?usp=sharing
2. Kutunggu di Setiap Kamisan (2018) – Tentang mereka yang hilang paksa. https://drive.google.com/file/d/1NnNQIkUg8OB9fDjpWEfIvXY6M2A0imdX/view?usp=sharing
3. Jeritan Setelah Kebebasan (2015) – Tentang konflik berdarah pasca-reformasi. https://drive.google.com/file/d/1xGrTptdlDqlUN3STvwIcoYyc_sNv_Vtn/view?usp=sharing
4. Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (2024) – Tentang mereka yang tak merdeka saat proklamasi. https://drive.google.com/file/d/1YJVSoNUCoSxVVdbXhXS9-Cfy88BOERlc/view?usp=sharing
5. Mereka yang Mulai Teriak Merdeka (2024) – Tentang pahlawan sebagai manusia, bukan ikon. https://drive.google.com/file/d/1i25w1Ot4tbbs5OHrh0a0jkowkpOjNF7y/view?usp=sharing
6. Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an (2024) – Tentang mereka yang kehilangan tanah air dan kampung halaman. https://drive.google.com/file/d/1szruB2suenqBrUYq_lFmyIs9NzSWn6bO/view
7. Yang Menggigil dalam Arus Sejarah (2025) – Tentang tragedi global yang membentuk nurani dunia. https://drive.google.com/file/d/12ecyTSvXNfvN48XD4IGyQlwZo12f7VfC/view?usp=sharing.
Terkait ketujuh akses menuju bukunya itu, Denny JA berharap publik akan dapat membacanya. “Sebab kemerdekaan sejati, seperti puisi, adalah keberanian untuk terus mendengarkan yang tak lagi punya suara,” kata Denny JA.(*)